bab 9

357 79 44
                                        

◦•●◉✿ Happy reading ✿◉●•◦

.

.

.

.

" Lindungi aku ibu".

Gave bergumam lirih, bayangan akan perlakuan buruk yang dia terima dari sang mantan mertua kembali terngiang saat ini. Bahkan terasa lebih menakutkan saat Gave mendengar teriakan penuh kemarahan sang nyonya rumah kediaman keluarga Janendra itu.

" Kau akan aman di sini Gave, Milan akan menjagamu".

Itu yang selalu Daisy katakan padanya tadi, hingga kini malam menjelang. Malam pertama dari sebuah pernikahan yang dia dan Milan lakukan, akankah malam ini menjadi malam pertama dari awal rasa sakitnya kembali.

" Kau belum tidur?".

" Tu...tuan Milan".

" Kenapa Gave? Kau tak nyaman berada di sini...akh ya kau pasti tak nyaman berada di tempat ini, atau kau ingin kembali ke rumah Daisy?".

" Apa aku bisa melakukan itu tuan?".

" Tentu saja jika itu bisa membuatmu lebih nyaman, lagipula mungkin saja kau butuh merapikan barang barangmu sebelum kau pindah".

" Pindah?".

" Ya...kau tak ingin pindah di rumah ini? Gave....".

" Saya tahu, saya akan merapikan barang barang saya tuan....".

" Baiklah, ayo aku akan mengantarmu ke rumah Daisy sekarang".

Gave mengangguk pelan, beranjak dari duduknya dan mulai keluar dari ruangan itu meninggalkan Milan yang masih harus mengambil sesuatu. Gave berdiri diam di depan kamar Milan hingga sebuah suara menyapa telinganya.

Gave menatap diam sosok wanita paruh baya di depannya yang dia ketahui adalah ibu Milan, wanita itu terlihat menatap tajam ke arah Gaveesha saat ini.

" Kenapa kau berdiri di sana? Apa Milan mengusir mu dari kamarnya?".

" Ti...tidak nyonya, tuan Milan akan...".

" Tuan Milan? Kau memanggil orang yang menikahi mu dengan sebutan tuan?".

" Maaf...saya".

" Jika kau memang merasa ini semua tidak benar maka akhiri saja semuanya sekarang...lagipula apa yang kau dapatkan dari pernikahan gila ini...hmmm....tunggu siapa namamu?".

" Gaveesha nyonya...".

Nyonya Janendra mendekat, menempelkan jarinya pada dagu pria manis itu membuat Gave sedikit mendongak.

" Gaveesha...nama yang bagus, wajahmu juga lumayan cantik untuk ukuran seorang pria...tapi Gaveesha, bukankah tidak sopan jika kau terus menunduk saat bicara dengan orang tua? Terlebih kau bukan budak, kenapa kau harus memanggil orang yang menikahi mu dengan sebutan tuan".

Nyonya Janendra melepaskan jarinya, kakinya melangkah pelan menjauh dari Gaveesha yang menahan sesak di dadanya.

" Bawa semua barangmu karena aku tidak tahu apa yang kau sukai, dan ingat jangan pernah pulang larut jika kau sudah tinggal di sini".

Nyonya Janendra melangkah pergi, wanita itu terlihat sedikit menggeram marah, tentu saja siapa yang tidak akan marah jika sang putra menikahi sosok yang bahkan tak di kenalnya. Terlebih jika sosok itu sama sama seorang pria, bukankah pantas jika nyonya Janendra merasa kesal dengan semua kejadian yang terjadi begitu tiba tiba padanya?

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang