bab 3

363 73 66
                                    

Happy reading

.

.

.

.

Malam sudah sangat larut, yang ada hanya sebuah keheningan di sana. Di sana, ditempat seorang sosok pria manis terlihat berjalan terseok seok dengan sebuah tas besar di punggungnya dengan kondisi mengenaskan.

Kaki jenjangnya terus berjalan menyusuri jalan sepi menembus angin malam yang menusuk tulang tanpa sebuah alas kaki. Kaki ramping dan putih yang mirip sebuah bulu angsa itu kini terlihat mengeluarkan beberapa darah bak noda merah yang ada di atas sebuah kain putih.

Menyayat dan menyedihkan bagi siapa saja yang melihatnya, Gaveesha.

Ya sosok itu adalah Gaveesha, sosok pria manis yang kini berjuang dengan segala tenaga yang masih dia miliki. Berjalan perlahan menembus malam dengan harapan jika dia bisa terbebas dari sebuah belenggu rasa sakit yang dia rasakan.

Rasa sakit yang mencabik setiap remah hatinya, sebuah rasa sakit bak ribuan panah yang menembus tubuh seorang jendral di medan perang...sebuah rasa sakit yang kini bersanding dengan kata "kenangan".

Gaveesha terus berjalan sembari menghela nafasnya pelan, matanya sudah berkunang hingga mata itu melihat seekor kucing yang akan menyerahkan hidupnya di depan sebuah mobil.

Mata Gaveesha seketika membelalak, entah sebuah tenaga dari mana hingga dia menangkap kucing kecil itu tanpa memperdulikan jika di depannya sebuah mobil kini melaju.

Brakk

Mobil itu membentur tubuh lemah Gaveesha membuat pria itu akhirnya terbaring di jalan dengan sebuah luka di pelipis kepalanya. Sang pemilik mobil tercengang, dengan tubuh sedikit bergetar karena rasa takut kini terlihat sosok wanita muda cantik keluar dari mobil itu.

Sang wanita mendekat, menatap penuh rasa khawatir pada sosok Gaveesha yang kini memeluk seekor kucing kecil dengan mata tertutup.

" Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa aku membunuhnya?".

Sosok wanita itu mendekat, matanya melihat tubuh Gaveesha yang terlihat mengenaskan. Hingga tak lama jemarinya terulur, menempel pada ujung hidung sosok di depannya hingga sebuah hembusan nafas terasa di sana.

" Hah...syukurlah dia masih hidup, aku harus segera membawanya ke rumah sakit".

Sosok wanita itu mencoba melepaskan kucing kecil itu, menaruhnya perlahan di bangku depan penumpang sembari bergumam lirih.

" Tunggu di sini, aku akan membawa tuanmu masuk manis".

Kucing itu mengerjap lucu seakan mengerti ucapan sosok wanita di depannya, hingga tak lama sosok wanita itu membawa tubuh lemah Gaveesha dengan susah payah. Keringat bahkan sudah memenuhi seluruh wajah cantik wanita itu, wanita itu menghela nafas pelan sebelum akhirnya kembali memasuki mobil, mendudukkan dirinya pada kursi pengemudi dan melajukan mobilnya dengan cepat.

" Ada apa dengan kalian, kenapa kalian berkeliaran di tengah jalan".

Sosok wanita itu berbicara lirih pada sang kucing yang kini hanya bisa mengeong di tempat duduknya.

Tak lama mobil itu kini berada di depan pelataran ruang gawat darurat sebuah rumah sakit terdekat, terlihat kini tubuh Gaveesha sudah mulai di pindahkan pada sebuah branker untuk di periksa.

Sedangkan sosok wanita cantik itu kini memeluk tubuh sang kucing kecil dengan sebuah benda pipih yang kini mengirim sebuah pesan pada sosok lainnya.

" Aku menabrak seseorang, Bri...cepat kemari".

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang