Happy reading
🌼
🌼
🌼
🌼
Gaveesha menatap takjub pada sebuah rumah di depannya, pria manis itu bahkan tak berani melangkahkan kakinya di lantai rumah itu saat ini. Dia memang pernah tinggal di rumah sebesar itu saat dia masih berstatus sebagai istri Chandra, namun tetap saja pada akhirnya dia harus menempati sebuah rumah kecil di belakang rumah Chandra tanpa bisa masuk kembali ke rumah utama.
Status istri memang pria itu sematkan pada Gaveesha, namun pada kenyataannya Gaveesha hanya di perlakukan sebagai mesin pemuas nafsu pria itu. Seorang pria yang bahkan memiliki fetish gila sebelum melakukan hubungan suami istri itu membuat Gaveesha menggigil takut setiap kali menatap pria itu.
Beruntung Gaveesha memiliki kesempatan baik hingga akhirnya dia bisa terbebas dari jeratan gila seorang Chandra Kumara Wijaya. Gaveesha masih terdiam dengan pikiran yang kembali mengenang masa masa sulitnya kala itu hingga sebuah suara kini terdengar di telinganya.
" Kau tidak akan masuk Gave?".
Gaveesha tersadar dari lamunannya, pria manis itu menatap pada Daisy yang kini melambaikan tangan padanya seakan menyuruhnya masuk ke rumah itu dengan wajah penuh senyuman.
Gaveesha berjalan perlahan, pria manis itu masih ragu dengan apa yang saat ini dia lakukan, hingga Daisy kini tiba tiba saja memeluk tubuh pria manis itu.
" Jangan khawatir, kau aman di sini Gave".
Entah mengapa Daisy mengatakan itu saat ini, namun satu hal yang pasti wanita itu seakan mengerti akan semua rasa takut yang saat ini pria manis di pelukannya rasakan. Gave memasuki rumah Daisy, sebuah rumah dengan interior modern terlihat saat ini di depan matanya.
Tercium bau kemahalan dari setiap sudut furniture yang ada di rumah itu, bahkan mungkin saja rumah itu lebih mahal di banding dirinya saat ini. Gave masih berdiri, menatap sebuah sofa berwarna cream yang berada di ruang tengah itu.
Matanya masih terus menjelajah seisi rumah itu, hingga terlihat sebuah foto terpampang di sana. Sebuah foto yang memperlihatkan sosok pria paruh baya yang memeluk seorang anak perempuan yang terlihat tersenyum bahagia di sana mengingatkan Gaveesha akan sang ibu yang sangat dia rindukan.
" Duduklah Gave, aku tahu kau sangat lelah".
Gave tersenyum, mendudukkan dirinya dengan mata yang masih mengedar kagum hingga membuat Daisy yang baru kembali dari dapur dengan segelas air memekik karena terkejut.
" Gave...kenapa kau duduk disana?".
" Hah...".
Gaveesha bingung mendengar ucapan Daisy saat ini, wanita itu bahkan segera menarik tangannya dan membuatnya berdiri. Gave menatap penuh tanya pada Daisy, apa salahnya saat wanita itu menyuruhnya duduk.
Dia sudah duduk di lantai jauh dari sofa mahal Daisy, seperti yang selalu dia lakukan saat sang mantan mertuanya memanggilnya ke rumah utama...lalu di mana letak kesalahannya saat ini.
" Kenapa kau duduk di sana Gave?".
" Maaf kak, aku tidak tahu jika aku tidak boleh duduk di sana...aku...".
" Tentu saja kau tidak boleh duduk di sana, bagaimana bisa kau duduk di lantai saat di sini ada sofa. Sofa ini untuk di duduki Gave, bukan hanya untuk di buat pajangan saja...sini".

KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss (Diterbitkan)
FantasíaLika liku kehidupan Gaveesha dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya, Milan. Terlepas dari pernikahan yang...