Lika liku kehidupan seorang pria manis dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya.
Terlepas dari pernikahan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Milan duduk di sebuah bangku taman, menatap penuh senyum danau di depannya. Angin dingin kembali menerpa membuat pria itu terkadang menggosok kedua tangannya sembari meniupnya perlahan.
Milan masih terpaku dengan pemandangan di depannya hingga tak menyadari jika ada sosok lain yang kini duduk di sampingnya dengan menghela nafas pelan.
"Hah, danaunya membeku."
Milan menoleh, menatap terkejut sosok kecil yang kini juga menatapnya lucu.
"Gareen"
Anak kecil itu mengernyit heran, menatap lekat pada Milan dengan alis yang berkerut membuat Milan menahan tawa.
"Paman mengenalku?"
"Akhh tidak, hanya saja kau mirip seseorang yang ku kenal."
"Benarkah? Apa dia juga tampan sepertiku?"
"Hah? Hahaha....ya dia sangat tampan, dan aku sangat menyukainya."
"Bagus, itu artinya paman juga menyukaiku...."
"Kenapa begitu?"
"Aku dia dan aku sama sama tampan, benar bukan?
" Hmmm kau benar..."
"Jadi paman, karena kau menyukaiku bolehkah aku meminta minuman itu? Aku sangat haus setelah berlari, aku juga kedinginan."
"Hahaha...jadi karena ini kau mengatakannya? Tapi maaf minuman ini untuk orang dewasa, kau tidak akan suka karena akan sangat pahit."
Gareen menunduk lesu, dia benar benar sangat haus sekarang. Terlebih minuman di depannya terlihat hangat dan enak, tapi bagaimana jika itu benar benar pahit. Sedangkan Milan hanya tersenyum menatap putranya saat ini, akhh...andai saja dia bisa memeluk anak itu sekarang.
"Tapi jika kau mau, aku akan membelikanmu sesuatu yang manis dan hangat. Bagaimana?"
"Benarkah?"
"Ya tentu saja, itu karena aku sangat menyukaimu. Jadi ayo kita pergi..."
Gareen masih terdiam di tempatnya, dia suka ada orang yang membelikannya minuman saat ini. Tapi anak itu mengingat dengan jelas ucapan Gaveesha yang tak memperbolehkannya pergi dengan orang asing, andai saja dia tidak kehausan mungkin dia juga tak akan berbicara dengan Milan tadi.
Gareen masih terdiam, menatap lucu dengan kedua mata yang mengerjap pelan. Wajah khawatir kini juga terlihat dari anak kecil itu membuat Milan hanya tersenyum tipis.
"Jangan takut, aku bukan orang jahat...jadi ayo pergi, aku juga ingin membeli sesuatu."
Gareen menatap antusias Milan yang kini sudah berdiri, anak itu mengangguk pelan dengan wajah penuh senyuman saat ini. Gareen meraih tangan Milan dan memegangnya erat, satu yang membuat Milan bersyukur, Gareen putranya seakan tahu jika dia ingin memegang tangan anak itu.