Lika liku kehidupan Gaveesha dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya, Milan.
Terlepas dari pernikahan yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Plak
Sebuah tamparan melayang cukup keras di wajah Milan, pria tampan itu bahkan belum juga duduk di kursi kebesarannya saat ini. Namun amukan Daisy yang kini sudah ada di hadapannya tak bisa lagi dia elak, mata wanita itu bahkan menatapnya tajam penuh amarah.
Setelah 2 hari insiden sang Kakek menghajarnya habis habisan kini giliran sang sahabat yang akan menghancurkan dirinya.
Plak
Tamparan kembali Milan terima dengan pasrah bak seorang tahanan yang menunggu waktu eksekusinya datang, Daisy sudah akan kembali melayangkan pukulan sebelum Brian akhirnya menghentikan itu.
"Sudah Daisy, kau ingin menghancurkan wajahnya sebelum meeting dengan klien."
"Masa bodoh, aku bahkan ingin membunuhnya saat ini juga Bri. Dia pria paling brengsek yang pernah aku temui, bisa bisanya dia dengan mudah mengatakan Gave tidak bekerja karena sakit dan ternyata anak itu bahkan tak ada di sini sekarang. Dia membuangnya Bri, dia membuang adikku begitu saja setelah semua harapan yang dia berikan....hiks...hiks..." Ucap Daisy dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Aku tahu itu Daisy, tapi kita bisa menanyakan apa alasannya bukan?"
"Apalagi yang perlu di tanyakan Bri, alasannya hanya karena dia gila dan bodoh...tidak lebih tepatnya dia buta, apa kau sadar jika kau sudah membuang hal yang berharga hanya untuk memungut sampah Milan...kau..."
"Cukup Daisy, aku tahu aku salah melakukan semua ini. Tapi kau juga tahu jika pernikahanku dan Gave hanya terjadi karena sebuah perjanjian, lalu apa aku tak berhak menikahi wanita yang selama ini aku cintai? Apa aku tidak berhak membangun sebuah keluarga dengannya...aku tahu aku menyakiti Gave, tapi apa kau tahu aku juga terluka karena semua orang menolak keputusanku. Aku hanya ingin bahagia dengannya Daisy, kau tahu aku sudah menunggu saat saat ini cukup lama...aku mohon, ijinkan aku juga bahagia."
Milan luruh ke lantai, air matanya juga mulai turun saat ini. Dia tahu dia sangat kejam pada Gave hingga pria manis itu bahkan pergi tanpa sebuah kata perpisahan, itu menyakitkan memang. Tapi lebih menyakitkan saat semua orang hanya memikirkan luka Gave tanpa menyadari luka yang dia rasakan saat jauh dari Bianca.
Dia tahu semua orang tak menyukai kekasihnya itu, tapi apa cinta bisa di paksakan?
Bukankah Milan hanya harus membiarkan perasaan cintanya pada Bianca terwujud hingga saatnya nanti takdir berkata lain?
"Jadi sekarang kau juga berperan sebagai korban di sini Milan? Aku pikir kau pria paling baik yang bisa membuat adikku bahagia, nyatanya kau hanya pria yang paling mahir memberi luka padanya. Seharusnya kau tidak bersikap baik padanya Milan, akan lebih baik jika kau memperlakukan dia seperti yang Chandra lakukan. Tapi kau benar, kau juga pantas bahagia. Jadi selamat berbahagia temanku, semoga kau tak menyesali semua ini. Karena jika itu yang terjadi nanti maka aku orang pertama yang akan mentertawakan mu...sekali lagi, selamat atas pernikahanmu Milan. Kuharap kau bisa membangun keluarga kecil yang selama ini kau inginkan."