*** halo guys sebelumnya mungkin ada yang kebingungan dengan lompatan waktu di story ini ya.
Author memang gak pakai keterangan seperti 1 bulan kemudian atau lainnya, di sini author netapin waktunya pakai musim di negara yang gave tinggali...
Jadi waktu pertama kali Milan dateng itu musim semi artinya itu di bulan april, nah terus Milan balik dan kembali lagi di puncak musim panas itu artinya bulan Agustus...jadi mereka udah gak ketemu dari awal mei sampai ke agustus...paham kan ☺...
Sekarang mari kita lanjut 🤗🤗🤗
Eungh
Milan menggeliat saat matahari mulai menyapa wajahnya, matanya membuka menatap seluruh ruangan di mana dia berada hingga sebuah umpatan kekesalan terdengar saat ini.
"Akh sial, kenapa dia begitu kejam. Bukankah seharusnya dia merawat ku saat mabuk, kenapa aku malah di tinggalkan di tempat yang bahkan tak ku kenali...Gave kau..."
"Anda sudah bangun Tuan? Saya membuatkan sup pereda mabuk, cepatlah mandi dan segera makan. Saya harus segera pergi karena ini sudah sangat terlambat untuk bekerja, saya sudah mencuci pakaian Tuan dan mengeringkannya...jadi cepat kembali ke hotel Anda jika Anda sudah lebih baik."
Milan terdiam, pria itu bahkan tak beranjak dari tempat tidur saat mendengar semua ucapan Gave yang saat ini terlihat sudah bersiap pergi.
"Dan ya, kita akan ada meeting lagi nanti siang. Jadi saya harap Anda bisa datang dengan kondisi yang lebih baik."
Blam
Suara pintu tertutup terdengar di telinga Milan yang masih saja terdiam di atas ranjang, hingga pria itu kini melompat dan berusaha berlari menuju pintu sebelum akhirnya dia berhenti dan menyadari jika saat ini dia hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan.
"Akhh sial...kenapa kau diam saja saat dia pergi tadi Milan. Kau bilang dia kejam, tapi lihat dia merawat mu sialan, dia bahkan membawamu ke rumahnya."
Milan terus mengumpati dirinya, meski sebuah senyum kini terlihat di wajahnya.
Gave masih perduli dengan dirinya, bukankah itu artinya dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Gave kembali dalam pelukannya.
Milan mengedarkan pandangannya, menatap seluruh isi rumah Gave dengan senyuman yang terus terlihat di wajahnya. Hingga akhirnya pria itu memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya, Milan menatap penuh senyum pada makanan yang Gave siapkan untuknya.
"Kau merindukan semua perlakuan ini darinya bukan Milan?"
Milan bergumam pelan, hatinya seakan dipenuhi benih benih kebahagiaan saat ini seakan akan kesedihan bahkan enggan untuk mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss (Diterbitkan)
FantasyLika liku kehidupan seorang pria manis dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya. Terlepas dari pernikahan...