bab 35 End

473 87 42
                                    

Milan melangkah perlahan di bawah hujan salju yang mulai perlahan turun, musim dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Milan melangkah perlahan di bawah hujan salju yang mulai perlahan turun, musim dingin. Ini sudah 2 tahun sejak dia meninggalkan negara Perancis untuk kembali melakukan pekerjaan di negaranya sendiri.

Dalam 2 tahun itu pula dia hanya bisa menatap senyum Gave dan sang putra dari sebuah foto yang diambil seseorang untuknya, Bianca.

"Kau benar benar tak akan mengatakan semuanya Milan?"

"Terima kasih atas semua foto yang kau kirimkan selama ini Bi, dan aku rasa tak ada hal lain yang perlu aku katakan pada siapapun."

Itu pesan yang Milan kirimkan setelah Bianca mengirimkan foto Gave 1 minggu yang lalu.

Milan berjalan sendiri, kakinya sudah mulai terasa nyeri meski masih ada tempat yang ingin dia kunjungi. Untung saja Milan sudah terbiasa dengan kaki palsu yang di pakainya itu, jika tidak maka sudah dipastikan saat ini dia sudah terduduk lemas di jalanan dengan udara dingin yang menusuk tulang.

Milan berjalan di bawah jembatan, menatap pemandangan malam di kota itu. Hembusan nafas terus terlihat menandakan jika suhu saat ini benar benar sangat dingin, Milan memasukkan tangannya ke dalam jas panjang sebelum dia membenarkan syal di lehernya.

"Hah, aku tak menyangka jika akan sedingin ini. Brian pasti akan mengumpat padaku jika dia tahu aku masih berada di jalanan saat ini."

Milan kembali melangkahkan kakinya, hingga langkah itu harus terhenti saat sebuah suara terdengar memanggil namanya.

"Tuan Milan, itu Anda bukan?"

Milan mendongak, menatap sosok yang beberapa tahun ini sangat dia rindukan, Gaveesha.

"Ternyata ini benar benar Anda, Tuan."

Gave tersenyum, memperlihatkan wajah cantik yang semakin memukau setiap harinya.

"Gave, kau...aku tak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini. Bagaimana kabarmu Gave?"

"Sangat baik, cukup baik bagi seseorang yang menunggu seseorang menepati janjinya."

"Maaf."

Gave tersenyum, entah mengapa kata maaf Milan kali ini sama sekali tak membuatnya kecewa. Mungkinkah itu karena Gave tak lagi berharap jika Milan akan mengatakan kata itu? Ataukah mungkin karena merasa jika cintanya untuk Milan sudah pudar?

Entahlah, namun satu kata itu seakan membuat hatinya lega. Seakan membuat penantian panjangnya selama ini berakhir dengan baik.

"Saya senang melihat Anda kembali Tuan, banyak hal yang ingin saya tanyakan pada Anda meski entah mengapa semua itu kini seakan menguap."

"Mungkin karena kau sudah sangat bahagia Gave."

"Benarkah? Mungkin saja seperti itu, meski begitu melihat Anda baik baik saja membuat saya tenang Tuan."

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang