"Kau harus berjanji satu hal padaku Bri."Brian menghela nafas pelan sembari menatap pemandangan dari jendela hotel yang dia tempati di Perancis, bukan tanpa alasan dia dan Milan datang ke tempat itu. Milan hanya ingin mengantar mantan istrinya Bianca untuk bersama dengan sang kekasih, tentu saja itu hanya sebuah alasan palsu.
Yang Brian tahu, Milan hanya ingin menatap wajah Gaveesha dan putranya saat ini.
"Kenapa kau harus memintaku berjanji saat itu Milan."
Brian mengusak wajahnya kasar, tak menyadari jika Bianca kini berdiri di belakangnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kau tak akan mengatakan apapun padaku tentang Milan, Brian?"
"Tak ada yang perlu di bicarakan soal itu Bianca, lagipula Milan tidak suka jika kau ikut campur dengan masalahnya."
"Bri...aku tahu aku bersalah sudah menipunya, tapi..."
"Kau seharusnya mengatakan semua hal pada Milan dengan baik Bi, kenapa kau melakukan itu hingga dia harus berpisah dengan Gave saat itu."
"Aku..."
"Kau melampiaskan rasa sakit mu pada Milan, dan membuatnya merasakan rasa sakit saat dia memberimu semua cintanya Bi...kau tahu, aku masih mengutukmu hingga saat ini begitu juga Daisy. Wanita itu bahkan ingin mencekikmu saat itu juga, meski akhirnya kami hanya bisa menerima semua keputusan Milan seperti saat ini."
Bianca terdiam, wanita itu kini mulai menangis mengingat semua hal buruk yang dia limpahkan pada sosok Milan. Andai, andai saat itu Bianca tak menerima permintaan Milan untuk menikah akankah mereka semua akan bahagia?
"Aku menyesal Bri, aku menyesal."
Brian hanya terdiam, pria itu hanya tersenyum tipis dengan kepala yang menggeleng pelan. Dia hanya berharap semua hal gila yang dia lihat selama ini hanya salah satu mimpi buruk yang dia alami.
Meski nyatanya, semua hal buruk itu terjadi dalam hidupnya. Terjadi dalam kehidupan cinta sang sahabat, membuat Brian hanya bisa mengumpat lirih.
"Akhh sial."
******
Milan menatap penuh kebencian pada sosok pria di depannya, Chandra.
Ya, pria itu terlihat sangat mengenaskan saat ini setelah cukup lama Milan menyekapnya. Kedua orang tuanya bahkan tak lagi bisa berbuat apapun untuk menyelamatkan sang putra, Wijaya memilih pergi meninggalkan putra semata wayangnya hanya agar nyawanya masih terus berada di tubuhnya.
"Lepaskan aku sialan."
"Melepasmu? Setelah semua yang telah kau lakukan pada Gave ku? Kau brengsek Chandra, kau tahu apa sebabnya aku tak membunuhmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss (Diterbitkan)
FantasyLika liku kehidupan seorang pria manis dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya. Terlepas dari pernikahan...