bab 13

385 83 61
                                    

      Gave melangkahkan kakinya menuju meja makan setelah seharian tidur, demamnya belum sepenuhnya turun saat ini bahkan kepalanya juga masih terasa berdenyut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Gave melangkahkan kakinya menuju meja makan setelah seharian tidur, demamnya belum sepenuhnya turun saat ini bahkan kepalanya juga masih terasa berdenyut. Entah apa yang terjadi sebenarnya saat ini, tubuhnya bahkan terasa semakin lemas.

     Gave pikir dengan dia mandi maka demamnya akan sedikit menurun, nyatanya itu tidak terjadi.

     "Akhh kenapa demamnya tidak mau turun."

     Gave duduk di kursi yang berada di meja makan, di lihatnya sebuah hidangan yang kini sudah tersusun di sana. Mata Gave mengedar ke seluruh penjuru rumah itu sembari mengernyit heran.

      "Dimana semua orang?"

      Gave masih sedikit heran dengan keadaan rumah yang sepi, mertuanya juga bahkan tak terlihat  di sana. Biasanya wanita itu sudah melakukan banyak hal di sore hari seperti ini, namun kemana perginya sosok itu.

      Gave melangkah, mengambil segelas minuman untuk membasuh tenggorokannya yang terasa sangat kering. Sepertinya dia demam karena akan mengalami flu, sebuah akibat setelah dia selama ini selalu begadang untuk bekerja.

      Mata Gave menyipit saat melihat sebuah kertas kecil di pintu lemari pendingin.

      "Maaf Gave, bibi pergi sebentar. Bahan makanan kita sudah habis jadi bibi berbelanja. Kulihat kau sedang tidur, karena itu aku menulis pesan. Dan ya, Tuan dan Nyonya Janendra sedang pergi ke luar negeri karena ada pekerjaan yang harus mereka lakukan jadi mereka tidak sempat berpamitan padamu."

      Gave menghela nafasnya pelan setelah membaca pesan itu, setelahnya dia menenguk segelas air hangat untuk meredakan rasa tak nyaman di tenggorokannya.

     Gave melangkah pergi melakukan kegiatan sore yang sudah lama tak dia lakukan karena sibuk bekerja, sebenarnya dia ingin menemui Milan namun sepertinya banyak pekerjaan yang harus pria itu lakukan saat ini.

      Sedangkan Milan kini terlihat menatap tumpukan dokumen yang Brian kirimkan lewat sekretarisnya tadi, pria tampan itu menghela nafas panjang sembari memijat pangkal hidungnya.

      Pikirannya terpecah antara pekerjaan dan apa yang Bianca lakukan di luar sana, baru beberapa hari lalu mereka saling mengirim pesan romantis dan hari ini wanita itu terlihat mencium seorang pria bahkan ciuman itu terlihat sangat dalam di banding ciuman yang dia lakukan dengan wanita itu.

      " Akh...kau membuatku gila Bianca, bagaimana bisa kau melakukan itu. Apa selama ini rasa cintaku kau anggap lelucon?"

******

      Gave duduk di bangku taman, menatap matahari sore yang kini mulai merubah warna. Sebuah senyum kembali terukir di wajah pria manis itu saat kini ditangannya telah terukir cincin indah di sana, sebuah cincin yang Milan sematkan saat dia tertidur.

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang