bab 16

451 94 92
                                        

Bertahan terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertahan terluka

Itulah yang seharusnya Gave lakukan saat ini, seharusnya dia bisa bertahan lebih lama di sisi Milan meski itu menyakitkan hingga Milan benar benar memintanya pergi dari sisinya.

Namun apa?

Putra, sang sahabat seakan menarik luka Gave ke permukaan, sebuah luka yang berusaha Gave tanam sedalam mungkin agar dia bisa tetap bersama pria yang dia cintai. Hingga membuat pria manis itu akhirnya menyerah, meninggalkan tempatnya di sisi Milan tanpa sepengetahuan semua orang.

Hah

Gave menghela nafasnya pelan, menatap birunya langit dan juga putihnya awan yang nampak serasi bersanding bersama di sebuah kursi penumpang sebuah pesawat yang menuju ke negara yang dia inginkan, Korea.

Di sampingnya sang sahabat putra memejamkan matanya seakan tak ada sedikitpun rasa sesal dari pria itu saat menyeret Gave begitu saja tadi.

Hah

"Kau pikir dengan terus seperti itu akan merubah kenyataan jika kau sudah di buang oleh suamimu Gave?"

Gave menoleh, menatap Putra yang saat ini sudah membuka matanya dan menatap lurus ke depan.

"Tidak ada yang berubah meski kau mengeluarkan seluruh energimu di sini Gave, aku bahkan berani bertaruh dia tidak akan menyadari kepergianmu saat ini...lalu apa yang  kau sesali?"

" Aku tahu semua tak akan semudah itu berubah Putra, tapi tak bisakah aku meminta ijinnya lebih dulu sebelum aku pergi?"

" Hahaha...kau benar benar istri idaman Gave, kau meminta ijin untuk pergi pada suami yang saat ini bahkan sedang bergelung di bawah selimut dengan wanita lain? Apa kau lupa apa yang kau lihat kemarin?"

Gave terdiam, pria manis itu kembali menatap pemandangan di luar jendela. Tangannya meremas pegangan kursi dengan kuat saat kembali mengingat apa yang di lihatnya kemarin pagi.

Pagi itu Milan mengirim pesan meminta Gave untuk membawakan beberapa pakaian ganti untuknya bekerja di sebuah hotel tempat pasangan itu menginap. Sebuah kartu untuk membuka pintu bahkan Gave dapatkan dari pegawai hotel agar pria itu bisa masuk.

Gave menjelajahi semua ruangan hotel di kamar ekslusif dengan matanya mencoba mencari keberadaan Milan hingga matanya menangkap sebuah pemandangan di mana sosok Bianca yang kini menggoyangkan pinggulnya di atas Milan yang berbaring dengan kedua tangan terikat dan mata tertutup membuat Gave merasa mual.

"Ah fuck Bianca..."

Suara desahan penuh kenikmatan dari seorang Milan terdengar jelas di telinga Gave membuat tubuh pria itu bergetar, suara benturan kulit dari keduanya juga terdengar jelas di sana.

Gave membeku di tenpatnya berdiri, desahan desahan erotis masih terus terdengar di telinganya. Tak ada air mata bahkan kakinya sedikitpun seakan tak ingin beranjak dari sana saat ini hingga matanya bertemu dengan mata Bianca yang kini terlihat tersenyum padanya.

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang