Lika liku kehidupan Gaveesha dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya, Milan.
Terlepas dari pernikahan yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Milan menatap penuh senyuman pada sosok yang masih terlelap di pelukannya, menatap kembali beberapa tanda yang dia sematkan lagi pada tubuh indah Gaveesha.
Sebuah senyuman semakin melebar saat kini matanya tak menangkap luka menyebalkan yang dia lihat beberapa bulan lalu, Gave benar benar mengikuti keinginannya untuk menghapus tanda sialan itu.
Cup
Milan mengecup pelan dahi Gaveesha, melontarkan kembali kata cinta untuk kesekian kalinya pada sosok Gave. Entah mengapa, semakin hari cintanya pada Gave semakin besar.
Meski begitu ada sedikit ketakutan yang muncul di hati Milan, pria itu takut jika Chandra setiap saat bisa merebut Gave darinya. Karena itu dia tak bisa menunggu lebih lama untuk membawa Gave kembali berada dekat di sampingnya, dia tak bisa membiarkan Chandra menyeret Gave-nya kembali.
Tring
Milan menoleh, mengambil benda pipihnya dan menatap siapa pemilik nama yang kini menghubunginya.
Bianca
Milan menghela nafas pelan, apa yang wanita itu inginkan saat ini. Proses perceraian mereka bahkan masih terus bergulir dengan syarat syarat memuakkan yang wanita itu ajukan.
"Ada apa lagi?"
"Kau yang membuat perusahaan memecatku?"
"Apa maksudmu? Kau pikir aku gila? Dengar Bianca, aku tak pernah mengusik tentang pekerjaanmu. Selama ini aku tak pernah melakukan itu meski kau masih menjadi istriku, aku tak pernah membuatmu hanya diam di rumah meski aku pernah menginginkannya. Dan sekarang kau menuduhku hanya karena kau menjadi pengangguran?"
"Jangan berpura pura bodoh Milan, semua orang mengatakan jika Brian melakukan itu."
"Kalau begitu tanyakan pada Brian, kenapa kau menuduhku."
"Milan...kau..."
Tut...tut...tut...
Milan menutup teleponnya sepihak, mematikan benda pipih itu agar tak lagi terganggu dengan ulah Bianca. Milan menghela nafas pelan, menoleh penuh senyuman saat kini sebuah tangan sudah melingkar erat di perutnya.
" Kenapa sepagi ini suami tampanku sudah terlihat sangat marah? Apa karena aku..."
"Tidak, bukan karenamu sayang. Sedikitpun kau tak pernah membuatku marah, itu hanya seekor lebah yang sibuk mencari mangsa karena marah."
"Nona Bianca?"
"Hmm...jangan dipikirkan, lebih baik sekarang beri aku makanan pagi yang enak istriku. Kau tahu bukan jika aku masih sangat merindukanmu sayang."
Bruk
Milan melepas pelukan Gaveesha, menidurkan kembali pria manis yang tubuhnya masih hanya tertutup selimut.