Lika liku kehidupan Gaveesha dalam mengenal arti sebuah cinta dalam hidupnya, sebuah cinta yang bahkan hadir pada sosok orang yang tak seharusnya dia impikan membuatnya kembali mengalami luka terdalam di hatinya, Milan.
Terlepas dari pernikahan yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Aku sangat mencintaimu Bianca"
Gave membelalakkan matanya, terkejut dengan apa yang dia dengar saat ini. Pria itu meremas selimut yang masih menempel di badannya dengan kuat, hatinya bak sebilah bambu yang tertebas menjadi dua hanya dalam satu tebasan saja.
Gave beranjak dari ranjang, kakinya bergetar hingga tak mampu untuk berdiri tegak.
Sakit...
Semuanya terasa sakit, entah itu badannya ataupun hatinya semua seakan hancur berkeping keping. Pemikiran jika Milan menjadikannya milik pria itu menguap bagaikan asap rokok yang tertiup angin kencang, tubuh Gave masih bergetar. Pria itu hanya bisa duduk bersimpuh di lantai dengan tubuh telanjang yang penuh tanda cinta.
Tanda cinta??
Bisakah dia mengatakan itu sebagai tanda cinta saat Milan melakukan semua itu saat menganggap dirinya Bianca. Lalu apa yang bisa Gave lakukan saat ini pada sosok yang masih terbaring lelap di depannya?
Marah?
Bukankah itu yang sepantasnya Gave lakukan, dia bisa marah sembari memaki atau memukul pria brengsek itu tapi siapa dia? Gave bukan kekasih Milan, Gave hanya seorang istri di atas kertas. Tapi apa pantas Milan melakukan semua hal menyakitkan itu padanya hanya karena dia seorang istri kontrak?
Gave tak lagi bisa berpikir jernih, dia hanya ingin mandi. Menghapus semua jejak yang Milan berikan pada tubuhnya saat ini, Gave merangkak perlahan menuju kamar mandi. Kakinya masih bergetar hingga bahkan tak mampu untuk berdiri, pria manis itu kini kembali bersimpuh di lantai kamar mandi di bawah guyuran air yang terdengar sangat keras menyamarkan suara tangis yang Gave lakukan.
" Kau sangat cantik sayang."
Kata itu kembali terngiang di benaknya, kata yang semalam di anggapnya sebuah mantra cinta kini seakan hanya menjadi sebuah mantra kutukan baginya.
Gave membilas tubuhnya, sedikit meringis saat bagian bawahnya tersentuh. Tak lama pria itu kini menatap Milan yang masih tertidur lelap, Gave mengambil sebuah piama baru dan memakaikannya pada sosok pria tampan itu dan mulai melangkah pergi dari kamar.
Dia tak ingin lagi membahas kejadian semalam dengan pria yang masih bergelung di ranjang itu, biarkan semuanya hilang seakan tak pernah terjadi. Lagipula hanya itu yang bisa Gave lakukan daripada dia harus mendengar kata maaf dari Milan.
Gave berjalan menuju dapur, di lihatnya kepala pembantu sudah berada di sana saat ini.
" Kau ingin makan Gave? Apa demam mu sudah turun?"
" Ya, aku sudah lebih baik Bi. Lagipula aku akan membersihkan ruang kerja Tuan Milan,sepertinya sedang ada masalah dan membuat keributan di ruang kerjanya."