bab 24

405 85 46
                                    

Gaveesha menghela nafas pelan sembari menatap pemandangan dari jendela rumahnya, pria itu bahkan tak menyadari jika seorang gadis muda sudah berdiri di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaveesha menghela nafas pelan sembari menatap pemandangan dari jendela rumahnya, pria itu bahkan tak menyadari jika seorang gadis muda sudah berdiri di sampingnya.

"Kau merindukan Ahjussi itu Oppa?"

Gaveesha menoleh, menatap sosok gadia muda yang kini juga menatapnya penuh tanya.

"Siapa yang kau maksud?"

"Tentu saja pria tampan yang berkencan denganmu saat festival di Seokchon...oppa katakan, apa hubunganmu dengannya? Won Oppa mengatakan jika pria itu adalah mantan suamimu, apa benar?"

"Hah, anak itu...kau tahu dia bahkan tak pernah lagi menghubungiku sejak malam itu, apa dia semarah itu padaku Areum?"

"Tak perduli Won Oppa marah atau tidak, satu yang dapat kulihat jika kau masih menyukai Ahjussi itu. Benar bukan? Oppa...aku hanya ingin..."

"Aku tahu Areum ah, aku tahu dia suami orang...kau pikir aku tak memikirkan itu setiap kali bersamanya, tapi Areum...ini sangat sulit, aku tahu dia memberiku luka tapi aku tidak tahu kenapa hatiku masih berdebar kencang karenanya...aku bahkan sangat merindukannya saat ini, saat aku tahu jika dia kembali pulang pada cintanya...aku...hiks..."

Gaveesha luruh ke lantai, tangannya terus memukul pelan dadanya yang terasa sakit hingga sosok gadis muda di hadapannya memeluknya erat. Tangis Gave semakin kencang, dia sadar dia sangat bodoh masih berharap Milan kembali namun entah kenapa kebodohan itu bahkan sedikit pun tak ingin menjauh meski dia sudah berusaha.

Sedangkan Milan, keadaannya tak jauh berbeda dengan yang Gave alami. Pria tampan itu kini terus menghela nafas pelan sembari membujuk kembali sosok sang sahabat yang kini hanya diam di sampingnya.

"Aku merindukannya Bri, tak bisakah aku pergi menemuinya? Aku mohon Bri..."

Brian masih terdiam di sana, dia memang tak berhak menghalangi Milan untuk menemui Gave kembali. Namun kekhawatirannya saat ini lebih penting, terlebih banyak pekerjaan yang harus Milan lalukan saat ini.

"Milan...aku mencegahmu pergi bukan hanya karena pekerjaan yang harus kita lakukan, tapi..."

"Tapi apa?"

"Kau tak berpikir jika Chandra juga bisa menemukan Gave? Kau tidak mengingat apa yang dia katakan saat kalian bertemu dua hari yang lalu?"

Milan terdiam, ingatannya kembali pada kejadian dimana dia bertemu dengan sosok Chandra di sebuah restoran saat dirinya dan Bianca di undang di sebuah pesta salah satu koleganya.

"Anda memiliki istri yang sangat cantik Tuan Milan, itu artinya Anda sudah tak membutuhkan sebuah mainan bukan...bisa aku mengambilnya kembali jika Anda sudah membuangnya?"

Sebuah ucapan yang Chandra bisikkan kepadanya membuat Milan semakin jijik dengan pria itu, rasa marah dan juga kesal merayap di hatinya meski dia tak bisa melakukan apapun saat itu.

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang