bab 31

383 89 49
                                        

*** haloo guys, bab nya sudah terlalu panjang...sebenarnya story ini akan end di bab 30 an tapi ternyata bakalan mundur hingga beberapa bab kedepan.

Jadi biar kalian gak bosen maka alur waktunya akan author percepat ya 🤗🤗

Jadi biar kalian gak bosen maka alur waktunya akan author percepat ya 🤗🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sudah menyelesaikan semuanya Bri?"

Brian terdiam, menatap sosok Milan yang duduk dengan tumpukan dokumen di depannya saat ini. Pria tampan itu terlihat fokus dengan apa yang ada di hadapannya membuat Brian hanya bisa menghela nafas pelan.

"Milan kau..."

"Lebih baik kau diam jika ingin mengatakan hal itu lagi Bri, aku tak menyesali semua keputusanku. Aku dan Gave memang tidak perlu lagi bersama, kau tahu itu bukan."

"Tapi Milan..."

"Pergi saja dari ruanganku jika kau masih tidak bisa diam Brian, taruh dokumen yang kau pegang itu sekarang. Lakukan tugasmu, klien kita sedang menunggu. Dan ya, kau sudah menyiapkan apa yang Bianca perlukan?"

"Semuanya sudah beres."

"Bagus, sekarang pergilah."

Brian terdiam, melangkah pelan keluar dari ruangan Milan meninggalkan pria tampan itu yang kembali fokus pada pekerjaannya.

"Aku berharap kau sangat membenciku kali ini Gave, karena hanya itu tujuanku hidup saat ini."

Milan memijat pangkal hidungnya, perpisahannya dengan Gave sudah berlangsung 2 tahun sejak kepergiannya ke Jerman hari itu. Namun sejak itu, Milan tak pernah merasa ingin meminta maaf pada Gave karena mengingkari janjinya.

Maaf? Apa itu perlu jika memang dirinya dan Gave memang tak pantas bersama di dunia ini, Milan sudah cukup puas bisa bersama dengan sosok Gave saat itu.

Cinta? Tentu saja rasa itu sudah Milan kubur sedalam mungkin sejak dia tak lagi bisa menepati janjinya pada Gave.

Milan menatap diam sebuah artikel di mana foto dirinya dan Bianca terlihat bahagia, hanya sebuah senyuman tipis terlihat di wajahnya saat membaca artikel tentang kehamilan Bianca. Milan mendongak, menghela nafas pelan sembari bergumam lirih saat ini.

"Akhhh ternyata seperti ini akhir dari semuanya..."

Milan menutup matanya perlahan, sebelum sebuah tawa keras kini pria itu perdengarkan. Sebuah tawa yang entah terdengar menyebalkan namun juga memuakkan, sebuah tawa yang seakan menjadi sebuah penutup dari semua rasa yang Milan rasakan.

Bangga, kecewa, sedih, cinta, rindu atau puas...entah rasa apa yang saat ini pria tampan itu rasakan hingga tawa itu menggelegar.

Tring

"Semuanya sudah siap Tuan Milan."

Sebuah pesan dari seseorang membuat tawa Milan mereda, kini hanya sebuah senyum yang terlihat di wajah pria itu.

Edelweiss (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang