Salwa meletakkan ponselnya di sofa seraya merebahkan tubuhnya di sana. Hari minggu yang sangat membosankan. Salwa bingung harus melakukan apa lagi. Semua pekerjaan rumah sudah ia selesaikan. Merapikan kamar, mencuci, memasak, menyapu, membereskan kulkas, hingga membersihkan taman. Seandainya motornya tidak hilang, ia akan menghilangkan rasa bosannya dengan berkeliling, kemanapun yang ia inginkan.
Salwa menatap langit-langit ruang tamu. Ia benci tidak melakukan apa-apa karena di saat seperti ini, pikirannya akan dipenuhi dengan banyak hal. Entah itu tentang masa lalu, masa sekarang, atau masa depan.
Banyak yang sudah terjadi selama empat bulan ini. Mulai dari ayahnya yang tiba-tiba meninggal, Randy yang tiba-tiba muncul di hidupnya dan menikahinya, masalah dengan tantenya, Bara yang tiba-tiba muncul setelah beberapa tahun, hingga Randy yang tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Mengapa semua itu terjadi secara tiba-tiba dan beruntun? Seolah Salwa tidak diizinkan untuk bernapas lega barang sejenak.
Salwa menghembuskan napasnya yang terasa berat, mengingat usia pernikahannya dengan Randy yang sudah menginjak dua bulan. Ia tidak tahu bagaimana masa depan hubungan mereka. Kemana hubungan ini akan dibawa? Selama ini kehidupan mereka hanya diisi dengan bertengkar. Bahkan setelah Randy mengungkapkan perasaannya, Salwa tetap tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Luka yang Bara torehkan di hatinya tiga tahun yang lalu, membuat Salwa takut untuk jatuh cinta lagi. Tapi di lain sisi, ia juga tidak mengerti mengapa jantungnya selalu berubah menjadi hiperaktif saat berada di dekat Randy.
"IIIHH" Salwa melempar bantal sofa ke udara saat bayangan wajah Randy muncul dengan senyum yang menyebalkan. "Kenapa jadi mikirin dia sih" gerutunya.
Salwa segera duduk. Ia menggelengkan kepalanya cepat. "Gak! Gak! Gak mungkin! Gue gak mungkin secepat itu suka lagi sama orang. Gak mungkin! Lagian dia juga belum tentu suka beneran sama gue. Kenapa gue jadi kepedean ya? Malam itu kan dia cuma nanya, gimana kalau orang itu adalah gue? Ingat Sal, Randy ngasih pertanyaan bukan pernyataan! Jadi, dia belum tentu suka sama gue dan gue juga gak mungkin suka sama dia"
Salwa menolak dengan keras, namun sesuatu di hatinya seolah berkata lain hingga membuatnya mengerang frustasi. "Aaarghh. Ya udah ayo kita buktiin!"
***
Hari minggu ini, Randy disibukkan dengan setumpuk pekerjaan yang harus ia selesaikan dan akan dibahas pada rapat besok. Ia juga harus memeriksa beberapa laporan dari Bali. Sejak pagi, Randy sudah berada di ruang kerja. Ia hanya keluar saat jam makan siang, lalu kembali lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Randy menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan, disusul dengan teriakan Salwa. "Boleh masuk gak?"
"Masuk aja" Jawab Randy tak kalah kerasnya. Ia kembali menatap layar komputer di depannya.
"Gue ganggu gak?"
"Nggak"
Cuek banget. Batin Salwa kemudian berdehem. "Ekhm. Boleh pinjam laptop gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa
FanfictionSalwa Auliah. Gadis cantik dan mandiri yang berasal dari keluarga sederhana. Sebagai mahasiswa akhir, ia ingin cepat lulus agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus sehingga dapat membantu membiayai sekolah adik-adiknya. Namun meski sederhana, hid...