Chapter 36

654 105 20
                                    

"Halo aunty" Sapa Rara yang sedang berbaring di jok belakang. Suaranya terdengar lirih.

"Hai Rara. Ngantuk ya?" Tanya Salwa ramah. Meski ia tidak menyukai ayah anak itu, tapi Salwa tidak akan bersikap buruk pada anak kecil.

Rara mengangguk pelan, mengucek matanya dengan bibir yang dimanyunkan.

"Sal, aku bawa pulang Rara dulu baru anterin kamu gapapa kan?" Tanya Bara sembari memakai sabuk pengamannya.

"Terus Rara lo tinggalin gitu?"

"Ada susnya kok di rumah. Takutnya dia rewel di jalan kalau anterin kamu dulu"

Salwa melihat Rara lagi. Sebenarnya ia tidak ingin jika hanya berdua dengan Bara di dalam mobil. Salah satu alasannya memutuskan untuk ikut di mobil Bara pun karena mempertimbangkan kehadiran Rara. Tapi, melihat wajah lelah dan mengantuk gadis kecil yang masih menggunakan pakaian balet di balik jaketnya itu membuat Salwa merasa tak tega.

Bara tersenyum melihat Salwa mengangguk samar. "Makasih ya udah ngertiin Rara"

Salwa hanya mendelik tak menanggapi. Apaan sih.

***

Randy menghentikan mobilnya tak jauh dari rumah Bara. Untungnya ada mobil lain yang parkir di depan Randy sehingga keberadaan mobilnya tidak begitu jelas jika dilihat dari arah rumah Bara.

Dari posisinya, Randy dapat melihat Bara yang membukakan pintu untuk Salwa lalu beralih membuka pintu belakang. Seorang gadis kecil muncul dan langsung masuk dalam gendongan Bara.

Entah apa yang Bara katakan sehingga Salwa menggeleng beberapa kali. Setelahnya, Bara membawa putrinya masuk ke dalam rumah sementara Salwa menunggu di depan. Gadis itu menggosok-gosok telapak tangannya. Pasti kedinginan, pikir Randy. 

Hujan belum benar-benar berhenti. Masih ada rintik rintik yang jatuh membasahi kaca mobil Randy, namun tak menghalangi pengelihatannya. Ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Pukul 8.09, mereka terlambat. Harusnya saat ini Salwa sedang meniup lilin atas bertambahnya usia gadis itu. Bukan malah meniup telapak tangannya sendiri untuk menghalau udara dingin yang menusuk kulit.

Randy keluar dari mobilnya saat melihat Bara menghampiri Salwa. "Mau ngapain tu orang?"

***

"Sal, dingin ya?"

Salwa menoleh, melihat Bara yang sudah mengganti kemejanya dengan sweater.
"Cepetan anterin gue pulang!"

"Gak mau singgah dulu? Minum kopi atau teh hangat? Walaupun hujan tinggal rintik-rintik, tapi udaranya dingin banget loh Sal" Ujar Bara.

"Basa-basi banget sih? Lo udah janji ya langsung anterin gue pulang abis anter Rara!"

"Jangan galak-galak, Sal"

Salwa menghempas tangan Bara yang memegang lengannya. "Ck. Jangan pegang-pegang! Kalau gak mau anterin, bilang! Gue bisa lanjut pulang sendiri tanpa nungguin lo. Makasih atas tumpangannya!" Ucap Salwa ketus, memutar tubuhnya untuk segera pergi dari sana.

"Sal tunggu" 

Salwa melihat tangan Bara yang kembali menahannya "Apa lagi sih? Lepasin!"

Bara menggeleng dan cengkeramannya pada pergelangan tangan Salwa semakin kuat. "Kamu gak kangen aku? Aku kangen kamu, Sal. Kenapa setelah 3 tahun pisah dari aku kamu jadi gampang marah gini?"

"Gue emang tukang marah! Kenapa? Gak suka?"

"Waktu sama aku kamu gak gitu"

"Karena waktu sama lo gue gak jadi diri gue sendiri. Sekarang lepasin tangan gue, gue mau pulang BARA!"

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang