Bagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin!
Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam yang cukup dingin, namun rembulan dengan sombongnya memamerkan kecantikannya, tidak dapat dipungkiri setiap mata yang melihatnya pasti memujinya, begitupun dengan pemuda satu ini, Seno namanya.
Ia menyusuri jalanan malam dengan motor usang kesayangannya, meski ia mampu membeli yang lebih baik dan baru tapi ia tidak melakukan itu, bukan sayang dengan uangnya namun kenangan bersama motor ini begitu memikat hatinya, walaupun ia baru bisa mengendarai motor itu beberapa bulan lalu.
Melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata sembari menghirup udara segar malam hari, menikmati terpaan angin dingin di wajahnya. Tanpa memakai helm, dan tidak membawa SIM, bagaimana mungkin ia memiliki benda pipih itu, ia masih di bawah umur, kartu tanpa penduduk saja ia belum memilikinya, mustahil jika ia memiliki surat ijin untuk mengemudi.
Sepertinya dunia sedang tidak bersahabat dengannya, tanpa aba-aba ia diberhentikan oleh seseorang berseragam rapi, benar, seorang polisi.
Gabriel Senopati Alexander, ia terkena tilang. Agak aneh memang ada polisi yang bertugas di pukul sembilan malam seperti ini. Tapi apalah daya, ia sudah membela diri dengan berbagai alasan yang ia buat supaya motor kesayangannya tidak di tahan oleh orang tua ini. Di tengah-tengah perbincangannya dengan anggota aparat ini, dengan sudut matanya ia melihat seseorang yang mungkin dikenalinya sedang berjalan agak jauh darinya, ia mencoba memanggil dan melambaikan tangan kepada pemuda itu, sayangnya tidak ada respon, pemuda itu tidak mendengarnya.
Dengan berat hati ia kalah dalam perdebatan ini, pantas, ia hanyalah anak-anak yang baru saja lulus sekolah menengah pertama. Terpaksa dia menerima kekalahan ini.
Seno melanjutkan untuk menikamati suasa malam ini, dengan jalan kaki tentunya, sembari mencari tempat duduk untuk menyandarkan punggungnya dan memunggu mobil jemputannya datang. Ia sudah menelepon orang rumah mengenai hal yang baru saja terjadi, lebih tepatnya orang tua itu yang menelepon keluarganya.
"Bang, cilor lima ribu ya." Ucap Seno yang sedang membeli jajanan untuk sekedar menemaninya dalam kesendirian malam ini.
"Tunggu sebentar ya mas." Balas si penjual.
Sembari menunggu siap, ia melihat sekeliling siapa tahu ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sampai dimana manik hazel-nya terpaku oleh seseorang yang sedang memandangi tempat dimana ia berdepat dengan polisi menjengkelkan tadi. Ia mengenali sosok itu, sosok yang tidak lebih tinggi darinya meski mereka seumuran sepertinya.
"Mencariku?." Ucap Seno tepat di belakang pemuda itu.
Dengan cepat pemuda itu menoleh ke arahnya dan menjawab "tidak" dengan begitu datar tanpa ekspresi. Kemudan melangkah menjauh meninggalkannya sendiri.
Ada apa dengan pemuda ini, apakah dirinya pernah melakukan kesalahan atau hal semacamnya? Kenapa pemuda ini begitu ketus dengan dirinya, bukankah kemarin ia sudah berbaik hati untuk mengantarkannya pulang begitu pikir Seno. Bukan maksud untuknya pamrih, tapi bukankah lebih baik untuk bersikap sedikit ramah kepada siapapun?