40 - Tidak Sakit

3 0 0
                                    

Terbilang barulah kemarin Aga berada di kota kelahirannya, namun ia akan kembali kesana sore nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terbilang barulah kemarin Aga berada di kota kelahirannya, namun ia akan kembali kesana sore nanti. Ia mendapat kabar kalau sahabatnya sedang tidak baik-baik saja. Aga tidak mungkin ijin tidak bekerja lagi di kedai makan itu, jadi ia memutuskan untuk kesana setelah ia pulang kerja dari warung makan itu. Aga akan meminta ijin kepada Kevin untuk tidak masuk hari ini, semoga saja pria itu mengijinkannya.

Fika sakit, ia hingga dibawa ke rumah sakit karena penyakitnya itu, ia sempat pingsan beberapa kali, sepertinya kondisi gadis itu cukup menghawatirkan. Begitulah kabar yang didapat Aga. Pikirannya sekarang benar-benar hanya mengenai gadis itu, gadis baik yang sudah banyak membantunya.

Setelah menunggu beberapa jam lamanya akhirnya warung makan ini tutup juga, setelah selesai dengan pekerjannya ia segera pamit untuk pulang. Dengan cepat ia mengemudikan motornya menuju tempatnya pulang, bergegas untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang lebih rapi.

Tidak ada istirahat atau apapun itu, ia ingin segera bertemu dengan sahabatnya itu, ia melangkah keluar kamar, menyusuri area trotar ini untuk menuju ke halte bis terdekat. Ia masih bisa berpikir positif, ia tidak akan mengendarai motornya, lebih baik menaiki kendaraan umum, ia tidak mau berkendara dengan kondisi hati kacau seperti ini, lagipula itu akan membutuh waktu dan tenaga ekstra.

Lima belas menit, dua puluh menit berlalu, belum ada bis yang datang menghampirinya. Namun sebuah mobil berhenti terparkir tidak jauh dari tempat ia duduk, sosok pemuda keluar dari pintu mobil itu, Aga tahu. Sosok itu mendekat.

"Mau kemana dek?." Tanya sosok itu degan berdiri di sebelah Aga.

Aga menjawab degan menyebutkan kota tujuannya.

"Ayo aku antar." Apa sebaiknya Aga menerima tawaran ini? Sedari tadi kendaraan yang ditunggunya tidak kunjung tiba.

"Memangnya mas Dewa tidak sibuk? Itu jauh mas." Aga sedikit ragu akan tawaran itu.

"Sudahlah ayo." Ucap laki-laki itu dengan berjalan mendahului Aga.

Aga bangkit dan mengikuti laki-laki itu, ia menerima tawaran itu daripada harus menunggu sesuatu hal yang tidak pasti kapan itu.

Aga duduk di depan dengan Dewa yang berada di tempat kemudi tentunya. Mereka melajukan mobilnya, menembus jalanan, menembus senja, hingga hari mulai gelap. Cahaya yang tadinya berasal dari sang mentari kini telah terganti dengan gemerlapnya lampu jalan.

"Dimana alamatnya?." Ucap laki-laki itu karena ini sudah memasuki wilayah kota yang Aga tuju.

Aga mengatakan kemana tujuannya, dan laki-laki itu hanya mengiyakan tanpa sepatah kata lain.

Laki-laki dengan manik emerald itu sepertinya hafal daerah ini, bagaimana tidak bukankah memang rumahnya di kota ini. Dulu Aga pertama kali bertemu dengan laki-laki ini juga di kota ini.

"Mas Dewa kenapa ada di kota itu?." Tanya Aga, karena ia berpikir kalau rumah laki-laki ini adalah di kota ini.

"Rumah ku di sana." Begitu jawabnya.

AGA ASKARA - Aku, Dia, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang