22 - Masalah

7 0 0
                                    

"Anakmu kemana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anakmu kemana?."

"Tadi pamit keluar dengan Seno."

"Anak itu semakin sering keluar malam akhir-akhir ini."

"Namanya juga remaja, wajar lah ayah, seperti kita tidak pernah muda saja."

Laki-laki bermarga Askara itu mendengus kesal, ia memyeruput kopi hitam buatan istrinya yang masih hangat. Kedua orang tua itu banyak mengomentari acara televisi yang ditontonnya, pasalnya tanyangan saat ini semakin hari semakin tidak bermutu. Bagaimana generasi muda bisa maju kalau tujuh persen hanya berisi gosip murahan. Terlalu sedikit tayangan yang mengedukasi.

Melihat ke luar rumah besar ini, sebuah mobil hitam memasuki area pekarangan rumah, memarkirkan mobilnya di sana dan kemudian turun. Aga bersama dengan Seno, laki-laki itu akan mampir sejenak. Berjalan mendekat ke arah rumah dan duduk di kursi teras di sana, sedangkan Aga memasuki rumahnya.

"Sudah pulang sayang." Ucap ibunya ketika mendapati putranya yang sudah berada di rumah dan berjalan ke arah dapur.

"Iya ma." Jawab Aga singkat. Ia melangkahkan kakinya untuk mengambil air putih untuk Seno.

Berjalan kembali dan memberikan gelas yang dibawanya untuk Seno, laki-laki itu menerimanya dan meneguk air itu hingga sisa setengah, padahal ia tidak haus namun tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Mereka berbincang santai dengan Aga yang sudah duduk di sebelah tak jauh dari Seno.

Laki-laki dengan manik hazel itu memberitahu kalau sepertinya besok dirinya tidak dapat menjemput kekasihnya itu. Karena motornya sedang bermasalah dan mobilnya ini akan dibawa kebengkel untuk pemeriksaan rutin. Aga tidak keberatan, ia masih memiliki kendaraan sendiri, tidak harus selalu merepotkan kekasihnya untuk menjemputnya. Tak selang lama dari itu Seno pamit untuk pulang. Seno bangkit, begitupun dengan Aga, ia mengantar pemuda itu hingga tak jauh dari mobilnya.

Malam nampak begitu cerah, rembulan dengan angkuhnya memamerkan keindahannya, bulat penuh yang nampak lebih besar, sinarnya jatuh menerpa semua yang ada di bawahnya, termasuk Aga. Wajah mulusnya terlihat semakin cerah saat sayup-sayup sinar bulan menerpa kulitnya, manik onyx itu nampak berkilau, sungguh cantik dengan hembusan angin kecil mengurai poninya. Semua keindahan itu tak luput dari pandangan Seno.

Lagi dan lagi ia jatuh dalam pesona tuan muda Askara ini. Ia menarik pinggang kekasihnya dengan sebelah tangannya, mendekatkan tubuh ramping itu dengannya. Tak ada penolakan sama sekali dari Aga. Pemuda manis itu hanya menatap lamat manik hazel milik kekasihnya, ia tenggelam di sana. Sedangkan Seno, laki-laki itu meneliti setiap inchi garis wajah kekasihnya, mengelus lembut pipi itu dengan sebelah tangannya. Begitu sempurna, dengan alis tebal, turun kebawah dengan manik hitam legam dan bulu mata lentik bak perempuan, hidung mancung, dan fokusnya berhenti pada belahan bibir semerah cheri milik Aga. Bibir tebal itu sungguh menggoyahkan tembok pertahanannya.

Perlahan namun pasti wajah Seno mendekat ke arahnya, pemuda itu refleks menutup matanya dan menanti hal selanjutnya. Tak dapat dipungkiri jantungnya berpacu lebih cepat hingga keduanya dapat mendengar suara degupan itu. Dan berakhirlah bibir Seno menyentuh milik kekasihnya, hembusan nafas mendominasi mereka. Seno mencoba menggerakkan bibirnya, mengecup pelan, merasakan manisnya bibir kekasihnya, begitu lembut. Ia menambahkan volumenya, menjilat dan menggigit bibir Aga, kekasihnya itu masih diam dalam perlakuan Seno.

AGA ASKARA - Aku, Dia, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang