09 - Usaha

14 0 0
                                    

Mentari dengan gembiranya mulai menunjukkan senyumnya, menghangati seluruh bumi yang dipandangnya, menyinari rumput-rumput basah akibat ulah embun, dengan tanpa permisi sinar hangatnya menerobos masuk celah gorden dan menyentuh berbagai benda dala...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari dengan gembiranya mulai menunjukkan senyumnya, menghangati seluruh bumi yang dipandangnya, menyinari rumput-rumput basah akibat ulah embun, dengan tanpa permisi sinar hangatnya menerobos masuk celah gorden dan menyentuh berbagai benda dalam ruangan di sana, ruangan yang penuh dengan aroma antiseptik, tempat dimana pemuda bernama Aga Askara berbaring dengan tidur pulasnya.

Rumah sakit, ia semalam kembali mengalami serangan panik, tubuhnya kejang-kejang dengan mata terbuka lebar tanpa mengeluarkan suara. Ia berusaha mengingat siapa Seno di kehidupan dia sebelumnya, ia memaksakan kepalanya hingga berakhir seperti itu, untung saja sang ibu sempat menengok anaknya sebelum ia tidur dan mendapati dirinya yang sedang collapse kemudian segera melarikannya ke tempat ia dibaringkan saat ini.

Sedari tadi malam pemuda itu belum sadarkan diri.

Pukul enam lebih, begitulah yang tertera di benda pemukul waktu itu. Aga masih terbaring pulas, nafasnya baik, namun bibirnya terlihat sedikit pucat dan kering, sepertinya ia dehidrasi, dengan sangat pelan ia membuka manik matanya, sayu, bak tak ada kehidupan di dalam sana. Ia menatap langit-langit ruangan ini, tidak bersuara dan tidak menoleh sama sekali. Hingga suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya.

♧♧♧

"Aku akan berangkat sendiri."

"Baiklah, hati-hati di jalan ya."

Seno mengecup kedua pipi ibunya dengan penuh senyum dan melangkah menjauh, ia membuka garasi dan meraih motor kesayangannya itu, masih sama, vespa usang andalannya.

Seno duduk di bangkunya, sepertinya ia berangkat terlalu pagi hari ini, belum banyak siswa yang dilihatnya, entah hal apa yang mendorongnya berangakat pagi, hatinya selalu berkata ingin segera masuk kelas dan menjumpai pemuda yang lusa kemarin sempat menghabiskan waktu dengannya.

Bukannya pemuda itu namun rasa kantuk yang menghampirinya, ia menyandarkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata, berniat untuk tidur sebentar sebelum upacara dimulai tiga puluh menit lagi.

Apakah tiga puluh menit sesingkat itu? Rasanya belum ada sepuluh menit ia memejamkan matanya namun pendengarannya sudah penuh dengan suara bising di dalam ruangan ini, ia mulai membuka mata, mendongakkan kepalanya, dan memperbaiki posisi duduknya.

Banyak teman kelasnya sudah berdatangan, Fika teman pemuda kemarin itu sudah datang tapi tidak dengan Aga, kemana ia pergi? Begitu isi kepala Seno.

"Kenapa?."

"Tidak apa-apa." Ucap Seno sembari menoleh kepada teman sebangkunya yang baru saja datang itu.

"Ayo ke lapangan, kita cari tempat dulu yang teduh untuk upacara nanti." Ucap laki-laki berparas tampan itu setelah meletakkan tas nya.

AGA ASKARA - Aku, Dia, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang