Listening to our favorite song
I have faith in what I see
Now I know I have met an angel
In person
And she looks perfectPerfect - Ed Sheeran
Begitulah suara yang mengisi pendengaran pemuda tampan berlesung pipi ini, tidak biasanya ia bangun pagi di akhir pekan. Merasakan cuaca yang begitu sejuk dengan tipis-tipis sinar mentari menerpa ia memilih untuk menghabiskan paginya dengan berlari. Tidak jauh, hanya menyusuri trotoar hingga ia merasa lelah, begitu niatnya.
Memakai celana pendek di atas lutut, sepatu sport merek ternama dengan kaos pendek dan handshock di tangan kanannya serta handuk kecil yang tersampir di leher putihnya, tak lupa juga earphone kecil melekat di telinganya. Begitu tampan.
Di sepanjang jalan ia berlalri sembari melantunkan musik di telinganya dengan samar-samar, mata tajamnya fokus ke depan hingga ia melihat sosok yang sudah sangat lama tidak ia jumpai. Pemuda itu tengah mengendari sepeda bersama dua orang temannya sepertinya, terlihat dari ketiganya yang asik bercengkrama meski saling mengayuh sepedanya masing-masing.
Ia menghentikan langkahnya, hatinya berdebar memerhatikan pemuda itu dari tempatnya ia berdiri, sampai dimana pemuda itu hilang ditelan tikungan jalan. Perasan aneh menjalar di sekujur tubuhnya, seakan ia di lempar ke masa lalu. Padahal seingatnya tidak ada hal menarik yang ia lewatkan bersama pemuda itu.
"Hei."
Seno tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ia menoleh, memdapati teman sejawatnya berdiri di sebelahnya dengan keringat yang mengalir, sepertinya pemuda ini juga tengah berlari pagi.
"Tumben kamu lari pagi, biasanya lebih memilih berkencan dengan bantal guling kesayangnmu itu." Ucap pemuda di sampingnya.
"Aw." Pemuda itu memekik lantaran jidatnya dipukul oleh Seno.
"Entahlah hanya ingin." Begitu balas Seno.
Tak ada obrolan lagi, mereka kemudian melanjutkan aktivitasnya, olahraga pagi sangat menyegarkan dan menyehatkan, namun tidak semua orang bisa melakukan ini, entah terhalang oleh kemalasan atau hal-hal konyol lainnya.
♣︎♣︎♣︎
"Ga, beli es dulu yuk. Haus nih." Ucap Dimas
Mereka bertiga menepikan sepedanya tidak jauh dari kios penjual es. Seperti sebelumnya Aga masih menyukai es coklat, entahlah kesukaannya ini tidak hilang bersama tragedi mengerikan di Tromso lalu.
Setelah semuanya mendapat jatahnya masing-masing mereka terduduk di tepi trotoar sembari berbicara apa saja yang bisa mereka bicarakan, bahkan semut lewat pun bisa mereka obrolkan sampai ke bagaimana proses reproduksinya, sungguh hal yang menyenangkan meski sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
RomanceBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...