Gelak tewa begitu merdu bersahutan, tiga orang dalam ruangan ini terlihat begitu bahagia menikmati sebuah permainan papan. Aga, Dewa dan juga adiknya, tengah bermain ular tangga, mereka begitu asik dengan Dewa yang selalu dijadikan sasaran mereka, entah karena apa laki-laki itu selalu tidak beruntung dalam permainan ini. Ia sama sekali belum meraih poin sedangkan dua orang yang bermain dengannya sudab mencapai masing-masing tiga. Dewa bukan payah hanya kurang beruntung saja.
Hari ini Aga tidak ada jadwal kuliah juga kedai tempat ia bekerja sedang tidak buka, ia menikmati pagi hingga sorenya ini bersama Dewa dan juga adiknya, pagi-pagi sekali pria itu menjemputnya dan mengajaknya bermain di rumahnya, Aga tidak menolak itu.
Mengenai ibunya, ia sudah melepaskan itu, ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihannya, lagipula itu terjadi sudah berbulan-bulan yang lalu. Sempat drop, dan juga menyalahkan dirinya sendiri atas semuanya, namun keberadaan Dewa di sisinya membuat laki-laki itu bisa menjalani harinya dengan lebih baik. Seperti saat ini, Aga sudah terlepas dari kesedihannya, berterimakasihlah kepada Dewa. Laki-laki itu berperan banyak.
Rutinitasnya untuk pulang setiap hari Sabtu masih ia lakukan, untuk mendoakan ibunya tentunya, dan juga untuk menemani ayahnya, entah laki-laki itu merasa ditemani atau tidak Aga hanya melakukan hal yang menurutnya benar. Hubungan antara mereka juga tidak begitu membaik, masih ada tembok besar yang mengahalangi, meski itu tidak setinggi sebelumnya.
Hari tak lagi siang, mentari telah berada di barat, bersiap untuk tidur, dan Aga harus bekerja. Toko roti manis milik Kevin, kekasih dari sepupunya Seno. Laki-laki itu hingga saat ini Aga tidak tahu bagaimana keadaannya. Semenjak tidak ada kabar dari pemuda itu dirinya juga tidak lagi sering berkomunikasi dengan keluarga Alexander. Bukan maksudnya untuk melupakan kebaikan keluarga itu, tapi rasanya begitu berat untuk menemui mereka, hatinya terlalu sakit jika mengingat anak dari keluarga itu telah mencampakkannya seperti ini.
Aga pamit kepada Dewa untuk pulang dan pergi bekerja, laki-laki yang lebih dewasa itu hendak mengantarnya, namun ia menolak. Setelah canda tawa yang mereka habiskan bersama, rasanya Aga ingin sendiri, menikmati waktunya tanpa harus memikirkan perasaan orang lain di sekitarnya.
Sesampainya di kamar ia segera membersihkan diri dan merapikan penampialnnya, sudah tampan harum juga. Ia menghadap cermin yang memantulkan dirinya. Tersenyum di hadapan cermin itu, dan fokusnya tertuju kepada leher kosongnya.
Aga meraih kotak kecil cantik yang berada du dekatnya, membuka itu, dan memakai benda di dalamnya. Cantik, begitu ujarnya. Sudah siap, waktunya untuk berangkat bekerja. Aga akan mengendarai motornya sendiri saat ini. Ia akan menikmati hembusan angin malam yang memeluknya ketika pulang nanti. Ia rindu itu.
Pemuda manis itu mengendarai dengan kecepatan rata-rata, ini belum terlambat, dan beberapa waktu kemudian ia sampai. Memasuki toko itu dan mendapati Nita yang berada di tempat kasir.
"Mbak Vina kemana mbak?." Ucapnya bertanya, karena biasanya Vina lah yang bersamanya di bagian ini.
"Ijin tidak masuk." Begitu jawab Nita.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
RomanceBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...