Tidak terasa satu tahun berlalu, hubungan Aga dan Seno sudah jauh lebih dekat, meski belum ada hubungan resmi diantarnya namun saling mengetahui rasa masing-masing sudah sangat jelas, afeksi yang diberikan satu sama lain sudah tidak ditutupi lagi. Namun itu bukan untuk khalayak umum, mereka hanya memperlihatkan kepada orang yang mereka anggap bisa menerima mereka. Seperti Fika dan Dimas.Flashback.
Senja yang begitu megah tengah memamerkan keindahannya, dua insan menikmati momen itu dengan penuh senyum, duduk di bangku taman, tempat yang sama beberapa tahun lalu, saat dimana Aga duduk sendiri menikmati senja setelah kewisudaannya, namun kali ini ia tidak sendiri, ada sesosok insan yang begitu ia sukai, Gabriel Senopati Alexander, begitulah namanya.
Dengan tangan saling bertaut, memberi afeksi rasa aman satu sama lain. Tidak banyak obrolan yang tercipta, keduanya menikmati menikmati dalam diam, Aga menikmati senja dan Seno menikmati eloknya pemuda yang tengah menatap senja dengan wajah binarnya, sungguh mengagumkan, siapa yang bisa menolakmu, begitu pikir Seno.
Dari arah belakang berjalan dua orang ke arahnya, sempat ragu untuk itu, namun orang itu yakin dengan apa yang dilihatnya, si perempuan berjalan satu langkah lebih dulu, dan benar, mereka tidak salah menebak.
"Aga." Ucap perempuan cantik berambut hitam panjang itu.
Sontak pemuda yang dipanggil namanya itu menoleh bersamaan dengan seseorang di sebelahnya.
"Ada apa ini?." Tanya pemuda yang berdiri di samping si perempuan.
"Kencan." Begitu ucap Seno dengan entengnya.
Hening sempat melanda, sepasang kekasih itu seakan menuntut penjelasan dari sosok pemuda alias temannya itu.
Begitulah, mereka berempat duduk bersama, Seno, Aga, Fika, Dimas, begitulah urutannya dari kanan. Aga menjelaskan semuanya, menceritakan ingatannya yang telah kembali mengenai sosok di sebelahnya, menceritakan dengan detail dari awal pertemuan mereka sampai momen dimana mereka sering menghabiskan waktu bersama saat Aga sembuh. Sepasang kekasih itu bergeming, mencerna semua yang diceritakan Aga.
"Jadi?." Fika masih menuntut kesimpulan dari temannya itu.
"Kita belum ada status, namun kita sudah mengetahui perasaan masing-masing, segera aku akan meresmikan pemuda ini." Jawab Seno sembari merangkul pinggang Aga untuk digeser mendekat ke arahnya.
Hubungan seperti ini bukanlah hal lumrah, masih sangat tabu bagi sebagian besar orang, sempat ragu Aga untuk menjelaskan semua ini kepada temannya, namun cepat atau lambat pasti mereka akan tahu, jadi untuk apa ditutupi. Ada rasa takut kehilangan seorang teman jika ia mengatakan itu, tapi sepertinya Fika dan Dimas bukanlah tipe manusia seperti itu, menerima atau tidak Aga yakin sepasang kekasih itu tidak akan memutus pertemanan hanya karena orientasi seksual.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
Roman d'amourBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...