"Bukankah kamu terlalu berlebihan?." Ucap wanita cantik dengan wajah yang dipenuhi bekas air mata yang mengering.
"Anak itu jika tidak segera ditangani akan menjadi aib keluarga kita."
"Tapi dia masih anak-anak, pikirkan kesehatannya juga, kamu terlalu keras kepadanya."
Pri tua itu tidak memedulikan ucapan istrinya, ia beranjak pergi dari sana. Namun baru saja beberapa langkah, ia berhenti sejenak.
"Jangan buka pintunya, biarkan dia sendiri, kuatkan hatimu." Begitu ucapnya kemudian melangkahkan pergi.
Wanita itu mematuhi perintah suaminya meski sebenarnya ia ingin sekali memeluk putranya, ia ingin hadir dalam masa-masa jatuh putranya, namun apalah daya, ia tidak berani menentang suaminya. Laki-laki tua itu jika sudah dikuasai emosi ia tak akan ingat dengan daratan, semuanya akan menjadi salah di matanya.
Ia memasuki kamarnya, mendekat ke arah suaminya, memberikan benda pipih yang tadi sempat dicari oleh Aga. Namun suaminya tak menerima uluran tangan istrinya.
"Letakkan saja di sana, tidak usah diberikan dulu, biarkan saja ia berpikir atas perbuatannya."
Malam berlalu begitu saja, pukul sembilan pagi Aga terbangun dengan wajah begitu pucat dan mata yang terlihat sayu, perutnya terasa melilit, ia melewatkan makan malam semalam dan juga sarapan pagi ini. Ia bangkit dari kasurnya, berjalan menuju pintu, mencoba membuka itu, namun naasnya masih terkunci. Ia mencoba memukul-mukul pintu itu sembari berkata tolong berharap ada yang mendengar dan membukakan pintu untuknya. Berkali-kali ia melakukan itu tapi tak ada hasil.
Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam segini pasti ayahnya tidak ada di rumah, tapi dimana ibunya? Kenapa ia juga tidak ada? Kenapa ia tidak ada hanya untuk sekedar menanyakan keadannya? Kenapa semua orang pergi, apakah dia semenjijikkan itu bagi keluarganya?.
♧♧♧
"Aku tidak tahu. Dia sama sekali tidak menghubungi sedari kemarin." Ucap Fika ketika Seno bertanya keberadaan Aga.
"Aku mencoba menghubunginya berulang kali tapi tidak bisa, ponselnya nonaktif." Ujar Seno.
Pemuda itu terlihat gusar karena tidak mendapati kekasihnya, perasaannya tidak enak dari semalam ia pergi dari rumah Aga. Tidak biasanya kekasihnya menghilang tanpa kabar seperti ini, ia khawatir. Apa mungkin kekasihnya itu sakit?. Tapi bukankah semalam ia baik-baik saja, bahkan wajahnya terlihat sangat berbinar, Seno masih ingat jelas akan itu.
Pemuda itu sama sekali tidak fokus dalam pelajaran, kepalanya terus memikirkan kekasihnya. Kemana laki-laki itu pergi, bagaimana keadaannya, apa yang terjadi dengannya, semua pertanyaan itu berputar di benaknya.
"Fuck!." Ia tidak sengaja mengumpat saat spidol terlempar mengenai dahinya. Ia kemudian meminta atas ucapannya itu.
"Keluar dari kelas saya." Ucap seorang guru yang sedang mengajar para muridnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
RomanceBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...