50 - Mentari

12 0 0
                                    

"KAK DEWA, KAK AGA PINGSAN!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAK DEWA, KAK AGA PINGSAN!!." teriakan kuat dari anak kecil itu berhasil menerobos pendengaran Dewa.

Segera ia berlari menuju ke sumber suara, dan benar ia mendapati sosok bertubuh ringkih itu dengan kulit pucatnya tergeletak di lantai kamarnya, bibirnya pucat dengan kantung mata gelap. Pasti laki-laki ini tidak tidur dengan baik semalam, ia segera mengangkat tubuh itu dan membaringkannya di ranjang.

Dewa mengambil peralatan medis yang ia punya dan memeriksa kondisi pemuda ini, dengan cekatan ia memeriksa dan syukurlah tidak ada hal buruk terjadi. Aga hanya kelelahan, laki-laki itu pasti memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya.

Semenjak kepergian kekasihnya beberapa minggu itu, pemuda ini sering sekali mengalami hal seperti ini, nafsu makannya menurun, tidurnya tidak pernah stabil, hingga yang terburuk Dewa mengetahui kalau Aga sering kali menangis sendiri, entah itu di dalam kamar mandi atau di balkon kamarnya. Maka dari itu ia tidak mempeebolehkan laki-laki ini untuk tinggal sendiri, ia tidak mau saat hal-hal seperti ini terjadi tidak ada orang yang mengetahuinya.

"Kak Aga tidak apa-apa kan kak?." Tanya adiknya.

"Tidak apa-apa, kakakmu hanya kelelahan. Bisa tolong ambilkan air minum dan minyak kayu putih untuk kakak?." Setelah Dewa mengucapkan itu adiknya segera bergegas. Anak itu sungguh menyukai Aga.

Tidak lama Viko kembali, membawa apa yang diminta kakaknya, Dewa menerima itu dan mulai memberikan sedikit minya di dekat indra penciuman laki-laki yang terbaring ini, harapannya agar segera sadar tentunya. Dan beberapa saat kemudian Aga kembali, ia membuka matanya perlahan. Viko dan Dewa tersenyum melihat pemandangan ini. Aga baik-baik saja, syukurlah.

"Kak Aga, kakak tidak apa-apa kan?." Ucap Viko memastikan kondisi kakaknya ini.

"Kakak baik-baik saja Viko." Balas Aga dengan suara lemahnya.

"Kalau begitu kakak harus makan yang banyak, supaya tidak mudah pingsan lagi." Anak ini benar-benar cerewet, tapi Aga menyukai itu, ia merasa diperhatikan.

Aga hanya tersenyum menanggapi ucapan adiknya ini.

"Mas ambilkan makan ya, mas suapi." Ucap Dewa yang kemudian bergegas pergi setelah Aga mengatakan iya.

Entah disini Viko atau Aga yang anak kecil, Aga selalu suka disuapi seperti ini, ia merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Ia menyukai setiap gerak dan ekspresi yang diberikan Dewa ketika menyuapi dirinya.

"Viko juga mau disuapi." Anak ini sepertinya iri. Lucu sekali ia berkata dengan wajah masamnya.

Dewa dan Aga terkekeh ringan melihat tingkah anak ini, dan seseorang yang paling tua di sini pun memgusak-usak rambut adiknya itu. Menggemaskan.

Dan berakhirlah Aga dan Viko makan dalam satu piring dengan Dewa menyuapi dua adiknya ini, dua insan yang paling ia cintai. Sebesar apapun kedua manusia ini, di mata Dewa mereka tetaplah anak-anak yang selalu haus akan manja dan usapan lembut.

AGA ASKARA - Aku, Dia, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang