Tubuh putih pucat, dengan pinggang ramping, dan colar bone dihiasi perhiasan cantik berbentuk kepingan salju yang nampak begitu jelas terpantul dalam cermin. Aga berdiri di depan kaca yang memantulkan dirinya tengah telanjang dada, ia meraih benda cantik yang melekat di dadanya, mengingat wajah sang pemberi benda ini. Masih nampak begitu jelas tanpa pudar sedikitpun, dan lagi air mata menetes dari balik pertahanannya.Kekasihnya itu sudah hampir tiga tahun mereka berpisah, dan selama itu juga mereka tidak ada komunikasi. Aga meraih kait benda itu, menanggalkan dari lehernya.
"Aku sangat merindukanmu, aku tidak akan pernah melupakanmu." Ucap Aga kepada benda itu dan meletakkannya ke dalam sebuah kotak kecil yang begitu cantik.
Masih ingat dengan Dewa yang mencoba meminang pemuda manis ini, itu terjadi sudah lebih dari enam bulan yang lalu. Aga menolak permintaan laki-laki itu, namun Aga tidak pernah menolak semua afeksi yang diberikan oleh Dewa. Begitupun dengan laki-laki yang ditolak itu, ia tidak gentar untuk ingin memiliki sepenuhnya pemuda ini, entah dia bodoh atau jahat, meskipun ia tahu laki-laki ini memiliki kekasih tapi itu sama sekali tidak menjadi pertimbangannya.
Bukankah jahat jika merebut atau menggoda seseorang yang masih memiliki status dengan orang lain?. Bukankah ia adalah orang berpendidikan?. Tidak mungkin ia tidak tahu mana yang baik dan mana yang tidak. Dewa tahu semua tahu, namun ia tidak dapat melawan hatinya. Ia menjadi bodoh karena cinta.
Hari ini Aga memiliki jadwa kuliah pagi, ia berangkat sendiri dengan mobil online yang sudah di pesannya, ia tidak mau mengendarai motornya, hatinya sedang tidak baik-baik saja, baru saja ia mendapat kabar jika ibunya jatuh sakit. Aga mencoba menenangkan pikirannya untuk tidak terlalu panik, ia harus hadiri kuliahnya lebih dulu lalu selepas itu akan pulang, ia tahu ini belum saatnya namun ada rasa yang mendorong untuk ia pulang.
Beberapa jam kuliahnya berjalan, ia sama sekali tidak fokus, kepalanya terus memutar pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ibunya. Hatinya benar-benar tidak bisa dibohongi, ia sekhawatir itu kepada sosok wanita yang sangat ia sayangi.
Hampir tegah hari, dan mata kuliahnya selesai, untung saja hanya ada satu untuk hari ini, segera dari universitasnya itu ia memesan kendaraan yang bisa langsung menuju tujuannya, ia tidak mau repot-repot harus beganti kendaraan atau apapaun itu. Waktunya tidak sebanyak itu dan hatinya juga tidak sesabar itu.
Tidak lama, sepuluh menit kendaraan itu tiba. Segera ia menaiki itu dan melaju.
Ia sudah pamit kepada penjaga kosnya, ia bilang tidak akan pulang untuk hari ini, jadi tidak perlu menunggunya untuk mengunci pintu malam nanti. Aga sudah menyiapkan semuanya, hanya mentalnya yang masih berantakan. Ia mencoba mengatur nafasnya, memikirkan hal-hal baik yang akan terjadi sembari memejamkan matanya. Perjalanannya jauh, ia bisa mengistirahatkan tubuh dan pikirannya lebih dulu.
Di sisi lain seorang pemuda nampak memasuki area kos milik Aga, memarkirkan mobilnya di sana, dan seperti biasa menyenderkan tubuhnya untuk menunggu seseorang. Namun yang mendekat bukanlah orang yang ingin dia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
Roman d'amourBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...