Menit berganti jam, hari berganti minggu. Tidak terasa Aga melewati hari-harinya, tidak sendiri ada sosok baru yang kerap menemaninya atau hanya sekedar mengajaknya untuk makan bersama. Seperti saat ini, ia tengah berada di dalam mobil sosok yang baru ia temui itu. Mas Dewa, laki-laki yang usianya lebih tua empat tahun darinya.Hari ini toko roti manis tempat ia bekerja tutup, entah ada apa, padahal ini malam akhir pekan, Aga tidak ada hak untuk bertanya kenapa toko itu tutup, ia hanya mendapat pesan dari Kevin kalau ia tidak perlu masuk kerja hari ini.
Mereka tengah berkendara, menuju ke rumah yang lebih dewasa, seperti yang dikatakan laki-laki itu jika adiknya ingin berjumpa dengan sosok manis ini, jadi ia akan membawa pemuda yang lebih muda darinya ini untuk menemui adiknya. Entah kenapa anak kecil itu sangat menyukai laki-laki ini, padahal mereka hanya bertemu satu kali dan itupun bukan pertemuan yang cukup baik menurutnya.
Tibalah mereka, di sebuah rumah besar dengan gaya sederhana yang nampak begitu bersih dan terawat. Hari masih sore, bahkan mentari masih tersenyum lebar. Aga turun dari kendaraan itu, mengikuti kemana yang lebih dewasa berjalan.
Dewa membuka pintu besar di sana, mempersilahkan Aga untuk masuk dan mengajaknya ke ruang tamu.
"Duduklah." Ucap laki-laki itu.
Aga menurut, kemudian Dewa melangkah menjauh darinya, entah kemana Aga tidak tahu, ia mengalihkan fokus atensinya. Rumah ini nampak besar namun sepi, seperti tidak ada yang menempati, bahkan satu bingkai foto pun tidak ada, hanya ada berbagai bunga menghiasi ruangan ini.
"Viko, lihat siapa yang mas ajak kesini." Ucap Dewa yang sudah berada di kamar adiknya.
"Siapa?." Anak kecil itu tidak begitu tertarik dengan ucapan kakaknya, fokusnya masih dengan buku gambar yang ia coret-coret di depannya, anak ini pandai menggambar.
"Ayolah lihat dulu, kamu pasti suka." Tutur laki-laki itu dengan mengangkat tubuh adiknya.
Anak itu sudah besar namun masih saja diperlakukan selayaknya anak unur dua tahun, Dewa masih suka menggendong anak itu, berat badannya tidaklah ringan namun sang kakak itu tidak pernah merasa terganggu akan itu. Begitupun dengan Viko, ia juga sangat menyukai perilaku kakaknya ini, ia menempel di badan yang lebih besar itu bagaikan koala.
"Lihat siapa itu." Ucap Dewa yang membuat Aga sontak menoleh ke arahnya dan berdiri. Viko yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kakaknya pun menoleh, matanya membulat, senyumnya merekah, seketika ia meronta turun dari gendongan itu.
"Kakak.." Teriak Viko yang berlari menghampiri pemuda manis itu.
Aga merendahkan posisinya, merentangkan tangannya bersiap untuk menerima pelukan dari yang lebih kecil ini. Mereka berpelukan, Viko sangat menikmati itu.
"Tidak Viko sangka kita bisa bertemu lagi." Ucap anak itu masih di posisi yang sama.
Viko melepas pelukannya, ia menunduk, tidak mau menatap sosok yang baru saja di peluknya ini, dan itu membuat Aga bingung, ada apa dengan anak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGA ASKARA - Aku, Dia, dan Kamu
RomanceBagaimana dengan cinta? Apakah semudah itu? Tidak mungkin! Pemuda tampan yang bersembunyi di balik sikap polosnya, Aga namanya. Beberapa menganggap ia adalah anak yang baik, tapi apakah benar begitu? Masih ingat dengan pribahasa bahwa "air tenang me...