26 - Jepang Part 2

7 0 0
                                    

Destinasi pertama mereka akan diawali di tempat ini, sebuah kuil besar yang didominasi warna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Destinasi pertama mereka akan diawali di tempat ini, sebuah kuil besar yang didominasi warna merah. Senso-Ji, sebuah kuil Buddha yang sudah berdiri dari tahun 645, terletak di Asakusa, Tokyo, dan merupakan kuil tertua di kota ini. Kuil ini tidak pernah sepi, penduduk lokal maupun para wisatawan selalu meramaikan tempat ini. Tidak ada kegiatan yang diwajibkan, semua peserta bebas melakukan apapun dengan harus tetap mematuhi peraturan setempat.

Aga, Fika, dan juga Seno, mereka bertiga selalu bersama, sebenarnya Seno hanya ingin bersama kekasihnya, tapi gadis cantik itu tidak mau lepas dari kekasihnya, sedari tadi keluar dari penginapan tangan gadis itu selalu mengait lengan Aga, Seno iri, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, lagipula selama ia bisa mengawasi Aga dan memastikan laki-laki itu aman, itu sudah cukup, toh saat di atas ranjang Aga sepenuhnya miliknya, hanya ia yang dapat merengkuh tubuh ringkih kekasihnya.

"Tolong foto yang bagus ya Seno." Ucap Fika yang sudah berpose secantik mungkin bersama Aga dengan background kuil merah di sana.

Sial. Mereka berdua terlihat bak sepasang kekasih, dengan Aga yang begitu tampan, kulit putih hidung mancung memakai pakaian khas Jepang yang sudah mereka sewa sebelumnya dengan Fika yang juga sangat cantik, pipi tirus hidung mancung dan kulit bersih dengan rambut hitam terurai dihiasi pita-pita kecil disana.

Hatinya sakit melihat itu, ia berpikir apakah ia pantas bersama Aga, apakah pilihannya untuk berjuang ini benar? Aga terlihat begitu serasi bersama perempuan secantik Fika. Apakah yang dikatakan Tuan Askara itu benar?. Segera ia menepis semua pemikiran itu. Ia pantas untuk bersama Aga, ia pantas untuk memperjuangkan cintanya ini.

"Sekarang gantian, fotokan aku bersama Aga." Ucap Seno menitah Fika. Gadis itu dengan senang hati melakukannya.

"Rangkul pinggangnya, ah kamu ini seperti tidak pernah foto saja." Ujar Fika memarahi Seno. Laki-laki itu entah kenapa menjadi mati gaya.

Seno menuruti perkataan Fika, dan sepasang kekasih itu berfoto layaknya sepasang suami istri. Jika tadi Aga terlihat tampan di sebelah Fika, kini aura pemuda itu mendadak berubah drastis, terlihat begitu cantik dengan senyum yang merekah berdiri di samping kekasihnya, begitupun dengan Seno, aura dominan terlihat begitu mendominasi, hidung mancungnya dengan rahang yang tegas dan postur lebih tinggi dari Aga membuat laki-laki itu terlihat seperti kaisar yang sedang merengkuh permaisurinya.

Acara berfoto selesai, mereka melanjutkan kegiatannya, memasuki kuil itu dan menelesik setiap inchi bangunan mengesankan itu, sangat mengagumkan. Ini adalah tempat ibadah, benar kan? Seno berpikir untuk memanjatkan doa di dalam kuil ini, ia juga mengajak kekasihnya dan Fika tentunya. Dengan tenang mereka duduk menghadap ke pusat kuil itu, Aga berada di tengah, dengan memejamkan mata dan menangkupkan kedua tangan mereka memulai doanya.

Gadis cantik itu mendokan Dimas, ia berharap kekasihnya itu selalu bahagia di atas sana, berharap juga tidak ada perempuan secantik dirinya yang menemaninya di atas sana. Sedangkan Seno, ia merapalkan doa supaya ia bisa terus bersama kekasihnya ini, dalam senang maupun duka, meminta kemudahan untuk memperjuangkan cintanya, dan meminta agar dirinya selalu bisa menjaga kekasihnya, dalam kondisi apapun.

AGA ASKARA - Aku, Dia, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang