Rose berangkat menuju ke rumah sakit bersama Tiffany sang ibu, dengan menaiki bus umum, gadis itu nampak melamun menatap keluar jendela, ia masih belum paham dengan apa yang terjadi pada nya, sedangkan Tiffany melamun menatap lurus ke depan, sejenak Rose menoleh pada sang ibu, tapi karena eomma nya tidak mengajak bicara, jadi ia pun juga tak berani memulai percakapan
Kedua nya tiba di rumah sakit, Rose berjalan memasuki lobby dengan sang ibu, untuk mendaftar, sampai akhir nya mereka duduk di bangku ruang tunggu.
"Nona Rosseane Park" panggil sang perawat.
"Ayo Rose" Tiffany berdiri dan mengajak sang putri untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan dokter kandungan.
"Selamat pagi" sapa sang dokter
"Selamat pagi dokter"
"Silakan duduk" setelah menanyakan keluhan pasien, sang dokter pun segera memeriksa Rose, Tiffany nampak cemas, dan takut, menunggu sang putri di periksa, setengah jam kemudian, ibu dan anak itu pun duduk kembali di hadapan sang dokter.
"Selamat nyonya, putri anda positif mengandung" ucap sang dokter
Duar!!!
Tiffany dan Rose sama-sama terkejut bukan main, apa yang sang ibu takutkan dan khawatirkan terjadi, dan tentu saja ini adalah hal yang dibenci oleh ibu mana pun, selesai periksa, keduanya tak langsung pulang, mereka duduk di halte bus, Rose menunduk sambil terisak.
"Katakan pada eomma, siapa ayah nya?" Tanya Tiffany dengan suara tenang nya, tapi sang putri tak menjawab, Rose tentu tak berani untuk mengatakan yang sebenar nya.
"Maafkan Rose, eomma" isak nya penuh sesal, mereka pulang dalam kebisuan, tiba di rumah Tiffany langsung masuk ke dalam kamar nya, menangis terisak sambil memeluk foto sang suami.
"Maafkan aku oppa, yang tidak bisa menjaga putri kita satu-satu nya, maafkan aku, semua salahku" raung Tiffany dikamar nya, meski lirih, tapi Rose yang sengaja berdiri di depan pintu kamar sang ibu, tentu mendengar raungan nya, ia kembali menangis, penyesalan selalu datang terlambat bukan?.
Pagi nya, Rose kembali mengalami morning sick, dan meski sang ibu kecewa, tapi ia tentu tak bisa mendiamkan sang putri, sebelum berangkat bekerja, ia menyiapkan sarapan berupa roti bakar dengan selai strawberry.
"Jangan lupa makan sarapan mu, eomma mengisi nya dengan selai agar kamu tidak mual" pesan Tiffany dingin.
"Ne eomma, terima kasih" balas Rose lirih karena takut dan merasa bersalah pada sang ibu, setelah Tiffany berangkat bekerja, Rose pun segera bersiap untuk ke sekolah, ia tentu rindu ingin bertemu dengan Rio, terlebih setelah apa yang ia alami sekarang.
Setiba di sekolah, kelas Rio rupa nya sedang menjalani mata pelajaran olah raga, pemuda itu nampak memainkan bola basket bersama beberapa teman sekelas nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rose mematung menatap pria tampan pujaan hati nya itu, merasa ada yang memperhatikan, Rio pun menoleh pada Rose.
"Kita ketemu di kantin nanti" ucap Rio tanpa bersuara, Rose mengangguk setuju, gadis itu memasuki kelas nya, disambut tatapan sinis dan iri dari gank apple, tapi Rose tak merasa karena pikiran nya sibuk tentang kehamilan nya dan Rio.
Saat istirahat, Rose terlihat melamun di kantin menunggu Rio.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sedangkan yang ditunggu tengah memesan makanan.
"Hey" Rio tersenyum menyapa Rose sebelum duduk di hadapan sang gadis, Rose membalas dengan senyum palsu nya, ia merapikan rambut Rio yang basah, ia habis mandi setelah pelajaran olahraga, dan Rio suka dengan perhatian yang ia terima, makanan pun datang, sepiring spageti terhidang.
"Kamu tidak memesan makanan?" Tanya Rio.
"Aku tidak lapar" jawab Rose, selera makan nya hilang.
"Makanlah" Rio memaksa menyuapi gadis itu, awal nya Rose menolak, tapi ia kemudian membuka mulut nya.
Nyam
Rio tersenyum senang Rose menerima suapan nya, tak ada rasa mual efek dari saus spageti yang asam segar.
"Tali sepatu mu" Rose memberitahu Rio yang tali sepatu nya terlepas, pemuda itu pun menunduk mengikat nya, sedangkan Rose menyuapi nya.
"Karina apa kabar?" Tanya Rose
"Dia merindukan mu" jawab Rio.
Ditempat lain, Suho memperhatikan wajah lelah Tiffany.
"Noona, minyak nya"
"Hah?" Tiffany terkejut, minyak di wajan menyala karena terlalu panas, sebab Tiffany malah melamun, ia pun buru-buru mematikan kompor nya, ia nyaris menangis, Suho mengambil alih wajan ditangan Tiffany dan langsung ia bawa ke wastafel, lalu kembali menghampiri ibu kandung Rose itu yang sudah terisak sambil menutup wajah dengan kedua tangan nya.
Suho membawa Tiffany keluar dari dapur restauran, dan memberi nya segelas air putih, mereka duduk dibangku tempat para pegawai biasa nya istirahat.
"Jika noona lelah, ambil lah cuti, bahaya jika noona bekerja dalam kondisi tidak fokus" nasehat Suho, Tiffany menggeleng.
"Lalu apa yang terjadi?" Cemas Suho, Tiffany menghela nafas.
"Rose hamil, dan dia tidak mau mengatakan siapa ayah nya" ucap Tiffany membuat Suho terbelalak.
"Aku gagal menjadi ibu yang baik untuk nya, aku malu pada oppa, karena tidak bisa menjaga putri nya yang ia titipkan pada ku" tangis Tiffany kembali pecah, Suho pun segera memeluk sahabat nya itu.
"Aku bukan nya tak sanggup memenuhi kebutuhan Rose dan bayi nya nanti, tapi aku tahu berat nya membesarkan anak seorang diri tanpa pasangan dan aku tak mau itu menimpa putri ku, Suho-yaa" rancau nya pilu.
"Tenanglah noona, kita beri waktu pada Rose, mungkin dia belum siap dan masih tak percaya dengan apa yang terjadi pada diri nya sendiri" tutur Suho.
"Kita tunggu, Rose pasti akan memberi jawaban" pungkas nya.