Tiffany mengupas buah apel dan memotong kan nya untuk Rose, tak hanya itu, ia juga menyiapkan jus kacang hijau, sebab Rose masih belum bisa makan nasi, sang putri duduk dengan sungkan di meja makan.
"Eomma pergi dulu" pamit Tiffany, yang tanpa Rose tahu, jika sang ibu ternyata ke sekolah untuk membuat surat pengunduran diri sang putri, Rose hamil, sudah pasti dia tidak akan melanjutkan sekolah nya.
Nayeon berlari cepat menuju ke ruang kelas nya setelah mendengar percakapan para guru di ruangan nya yang membahas tentang Rose.
"Kalian dengar tidak, Rose keluar dari sekolah karena hamil!" Seru Nayeon di ambang pintu ruang kelas nya dengan nafas terengah, tak ada reaksi, tapi murid-murid di ruang kelas itu spontan menoleh ke belakang, dimana Rose baru saja datang dan duduk dibangku nya, ia mematung, tubuh nya membeku mendengar ucapan Nayeon dan melihat teman-teman sekelas nya menatap jijik dan menghakimi ke arah nya, Nayeon menutup mulut nya menyadari seseorang yang ia bicarakan ternyata berada di sana, Rose berlari keluar dari ruang kelas nya sambil menangis, malu sudah pasti, karena teman satu kelas dan mungkin sebentar lagi akan menjadi satu sekolahan sudah tahu jika ia hamil sekarang.
Ckiitt. . .
"Kyaaaaaa. . ."
Bruk
Rose menjerit sebelum ia jatuh terduduk diatas aspal karena nyaris tertabrak bus yang lewat karena kecerobohan nya sendiri, orang-orang disekitar juga berteriak sambil menutup telinga nya, tapi beruntung, laju bus tak terlalu kencang jadi sang pengemudi masih sempat mengerem nya, Rose tak langsung berdiri.
"Rose" suara seorang penumpang yang tak lain adalah Suho, ia langsung turun dan berlari menghampiri gadis yang dikenal nya itu, untuk menolong nya.
"Rose" Suho membantu nya berdiri, dan tangis gadis yang ditolong nya itu pun kian menjadi.
"Ada oppa disini, tenang ya" Suho memeluk Rose, kedua nya menjadi pusat perhatian, pria itu memberi kode pada pengemudi bus untuk melanjutkan jalan nya.
"Oppa" isak Rose, membuat hati Suho diserang rasa iba.
"Kita ke rumah sakit ya" bujuk nya, tapi Rose tak menjawab, Suho pun menghentikan sebuah taxi dan membawa gadis itu ke rumah sakit.
Saat Rose sedang diperiksa, Suho menghubungi Tiffany, meminta agar wanita itu sebaik nya pulang dan tidak bekerja dulu.
Dokter memastikan jika Rose dan calon bayi nya baik-baik saja, jadi dijinkan untuk pulang, setiba di rumah, Suho menunggu kedatangan Tiffany di teras.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak lama Tiffany pulang dengan wajah cemas nya, ia berjalan tergesa menuju je rumah nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suho langsung berdiri menyambut nya " noona" sapa Suho.
"Suho-yaa, Rose baik-baik saja kan?" Tanya Tiffany.
"Ya, Rose dan bayi nya baik-baik saja noon" jawab nya.
"Baiklah, terima kasih sudah membantu kami, sebaik nya kamu segera ke restauran" ucap Tiffany, Suho mengangguk.
"Noona" panggil Suho, Tiffany pun menoleh menatap nya.
"Jangan memarahi nya" pesan Suho sebelum pergi.
Tiffany memasuki rumah nya, dan langsung menghampiri kamar Rose, sang putri nampak menangis sesenggukan, sang ibu langsung datang dan memeluk sang putri, yang duduk ditepi ranjang.
"Mereka tahu Rose hamil eomma" rancau nya sambil terisak, Tiffany mengusap-usap punggung sang putri sambil menciumi kepala nya.
"Tidak apa-apa, ada eomma, semua akan baik-baik saja" hibur Tiffany yang mulai luluh dan tak marah lagi pada sang putri.
"Maafkan eomma yang terlalu sibuk bekerja hingga tak memperhatikan mu" ucap Tiffany, ia juga menangis, Rose terlelap dipangkuan sang ibu, ia tak marah karena Tiffany mencabut status nya sebagai pelajar dari sekolah, sebab ia tahu, mungkin ini yang terbaik untuk Rose, dan dia percaya, menyebar nya berita kehamilan nya bukan lah sang ibu penyebab nya, tapi memang karena ulah beberapa oknum guru.
"Apa pun yang terjadi, eomma akan selalu di sisi mu" batin Tiffany mengusap rambut sang putri, ia lalu ke dapur untuk menyiapkan makan siang bagi Rose, berupa mie rebus dengan sayuran, memotongkan nya buah mangga dan pear juga, sebab Rose masih belum bisa makan nasi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eomma" suara serak Rose membuat Tiffany menoleh.
"Sudah bangun? Ayo makan siang dulu" ajak sang ibu, Rose terdiam menatap mie dan buah-buahan yang sang ibu siapkan.
"Terima kasih eomma" ucap Rose terharu.
"Cucu eomma harus mendapatkan asupan yang baik untuk perkembangan nya" balas Tiffany sambil mengusap perut sang putri, ia mulai berdamai dengan keadaan dengan menerima kehamilan Rose, dan justru hal itu malah membuat nya sedikit lebih lega sekarang.
"Jangan khawatir, meski dia lahir tanpa ayah nanti, tapi eomma akan pastikan jika dia tidak akan kekurangan kasih sayang" tutur Tiffany, raut wajah Rose berubah sendu, ia merasa bersalah pada sang ibu.
"Eomma sudah lapar, ayo duduk lah" Tiffany mengalihkan pembicaraan, dan mulai menghidangkan makan siang mereka, sang putri terus menatap sang ibu, hati nya di buat bimbang, apakah ia akan mengatakan yang sejujur nya ataukah tidak.
"Rose, setelah ini, kamu siap-siap ya, kita beli susu untuk mu" kata Tiffany lagi.
"Ya eomma" Rose mengangguk antusias, Tiffany tak ingin sang putri terpuruk, hingga mengambil keputusan yang salah nanti nya, ia sudah pernah kehilangan orang yang paling dicintai, dan tak ingin hal itu terulang lagi.
Mereka mendatangi sebuah minimarket, untuk membeli susu hamil, roti tawar, sosis dan telur bagi Rose.
"Untuk apa ini eomma?" Heran Rose
"Untuk mu, selama kamu belum bisa makan nasi" jawab sang ibu, ia juga mengambil daging sapi yang sudah di kemas.
"Tapi eomma, uang nya?" Rose menahan tangan Tiffany.
"Biar eomma yang pikirkan itu, kamu fokus pada kesehatan mu dan calon cucu eomma saja" Tiffany meyakinkan sang putri.
"Eomma"
"Ya sayang?" Tiffany menatap penuh tanya pada sang putri.
"Rio"
"Apa?"
"Choi Limario" Rose akhir nya memberitahu sang ibu, siapa ayah dari bayi yang di kandung nya itu.