Tiffany mengeluarkan kemahiran nya memasak di rumah sang putri, dengan menghidangkan makan malam untuk keluarga Rio.
"Wah, masakan mu yang terbaik unnie" puji Yoona, yang lain pun mengangguk setuju, sedangkan Rio, ia ke kamar sang istri sambil membawakan sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauk nya.
"Kamu makan dulu ya?" Kata Rio yang menemukan sang istri mulai belajar berbaring miring.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku mau makan dengan eomma" ketus nya.
"Eomma sudah pulang"
"Kalau begitu besok saja" dingin Rose.
"Jika perut mu kosong, bagaimana kamu bisa memberi asi untuk si kecil?" Tanya Rio, Rose terdiam, ia kembali mengingat sang putra yang masih tinggal di rumah sakit, Rio membantu sang istri untuk setengah duduk, lalu menyuapi nya, Rose sadar, ia tak boleh egois sekarang
"Makan yang banyak, agar kita bisa menjemput nya pulang segera" ucap Rio kembali menyuapi sang istri.
"Rio, kamu tidak makan dulu?" Tanya Tiffany menyusul sang menantu ke kamar putri nya, Rose terkejut karena tadi sang suami mengatakan jika Tiffany sudah pulang
"Ya eomma" Rio tak berani menatap sang istri
"Rose biar eomma yang temani" Tiffany pun duduk diatas ranjang sang putri, di susul Karina, sang mama dan aunty nya, semua berusaha mengajak Rose bicara, menghibur nya agar ia tak kepikiran sang buah hati, Rio menambahkan nasi, lauk dan sayur ke piring bekas makan Rose tadi, dan melahap nya, ia harus tetap sehat karena akan menjadi tumpuan untuk bayi dan istri nya nanti, selesai makan, Rio kembali ke kamar nya, dan hanya terdiam mematung di ambang pintu kamar sang istri.
"Baiklah Rose, mama pulang dulu ne" pamit Yoona.
"Karina juga" pamit sang dongsaeng, Rose pun tersenyum lebar.
"Besok datang lagi ya" balas Rose, Karina pun memeluk nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua pun berpamitan, mungkin sengaja memberi waktu bagi Rio dan Rose untuk bicara, setelah semua nya pulang, Rio pun mulai mengunci satu per satu pintu rumah Rose dan mengechek nya, setelah beres, dia kembali ke kamar Rose, tapi sang istri meringkuk diatas ranjang nya.
"Aku mandi dulu ya, jika butuh sesuatu tunggu sebentar" pesan nya pada Rose tapi tak di gubris, Rio pun mandi, dan lima belas menit kemudian, ia keluar dengan badan segar sambil mengeringkan rambut nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rose melirik nya, tapi hanya sekilas, khawatir terpergok sang suami, Rio tak langsung tidur, tapi dia duduk di sofa samping ranjang Rose dan mulai memeriksa jualan online nya, ia terpaksa menutup toko nya lebih dulu karena ingin fokus merawat Rose dan bayi nya.
"Tidurlah, aku disini" kata Rio meyakinkan sang istri, Rose tak menyahut, tapi ia mulai terlelap.
Pagi nya, Rose masih terlelap pulas, tapi Rio sudah bangun dan menyiapkan sarapan sang istri, saat Rose mulai terjaga, ia bahkan sudah siap.
"Hey, selamat pagi" sapa Rio, Rose tak membalas, ia menyingkap selimut nya, dan ingin ke kamar mandi, Rio pun buru-buru membantu nya, meski tanpa sepatah kata pun, saat Rose dikamar mandi, Rio menyiapkan baju ganti dan plaster untuk bekas jahit operasi caesar Rose, ia terdiam, dan tenang saat Rio mengganti plaster dan baju nya.
"Setelah ini makan ya, baru kita pompa asi mu lagi, biar aku antar ke rumah sakit" tutur Rio tak mendapatkan respon apa-apa, ia pun menyuapi Rose, lalu menemani Rose mengompres asi nya untuk diberikan pada sang bayi di rumah sakit, dan lagi-lagi hanya dapat 15 cc, kedua mata Rose pun mulai berkaca-kaca, bibir nya gemetar menahan tangis.
"Bagaimana aku bisa segera menjemput nya jika asi ku tak kunjung keluar?" Rose mulai terisak, menyalahkan diri nya sendiri.
"Sabar ya, kita tunggu, kamu harus makan dan minum banyak, mungkin itu berpengaruh ke produksi asi mu, ini bukan salah mu, yang penting kita harus tetap berusaha, kita tidak boleh menyerah, nanti kita pompa lagi, sekarang ini biar ku antar" kata Rio berusaha menyemangati dan menbesarkan hati sang istri.
"Aku pergi ya, jika ada apa-apa langsung saja hubungi aku" pesan Rio, Rose mengangguk lirih.
Cup
Rio mencium kepala sang istri sebelum berangkat ke rumah sakit untuk mengantar asi bagi si kecil, repot memang, tapi demi keluarga kecil nya, apa pun Rio rela melakukan nya, ia menunggu sang bayi meminum asi sang mommy lebih dulu, sebelum pulang.
Setiba di rumah, Rio mengechek sang istri ke kamar, dan Rose masih berbaring dalam kondisi terjaga, Rio ke dapur, menyiapkan camilan berupa potongan buah.
"Keluar ya, aku temani?" Tanya Rose pada sang istri, Rose mau, Rio pun membawa nya ke teras belakang untuk berjemur, agar badan dari ibu sang bayi cepat bugar, dan luka nya cepat mengering.
"Ini buah nya" Rio menyuapi sang istri dengan potongan buah apel, buah naga dan anggur, agar asi nya cepat keluar, sejam kemudian Rio membawa nya masuk.
"Kita pompa lagi ya?" Rose mengangguk
Dua jam kemudian, kembali hanya mendapatkan 15 cc kali ini, Rose nyaris frustasi, dia hampir menangis lagi.
"Jangan sedih, nanti dia tidak mau minum kalau tahu mommy nya menangis" hibur Rio.
"Kamu pasti mampu Rose" secara alamiah Rio mampu melakukan peran nya sebagai ayah dan suami dengan baik, ia tak mengeluh harus bolak balik ke rumah sakit hampir setiap dua jam sekali guna mengantar asi sang istri untuk bayi mereka.
Dan sudah seminggu setelah Rose melahirkan, dia masih dingin pada Rio, tapi sang suami tak mempermasalahkan nya, kini Rio sedang mengantar asi ke rumah sakit, Tifdany datang menemani sang putri
"Cobalah untuk berdamai dengan Rio, apa kamu tidak bisa melihat kesungguhan nya? Eomma yakin dia pasti kelah dan repot, tapi dia tidak mengeluhkan? Bukti jika dia benar-benar mencintai mu" nasehat Tiffany.
"Hati Rose masih sakit eomma" balas sang putri, kenapa ia tak kunjung mengajak Rio bicara.
"Rio sudah menyadari kesalahan nya, dan berjuang untuk memperbaiki nya sekarang, tak ada salah nya memberi kesempatan kedua, namja seperti nya tidak ada dua di dunia, apa kamu rela kehilangan Rio?" Tanya Tiffany, Rose menggeleng cepat.
"Maafkan dia ne" bujuk sang eomma, dan Rose pun mengangguk.