Malam itu, langit kota dipenuhi bintang ketika Jongho dan Yeosang bergegas menuju rumah sakit.
Kontraksi yang dialami Yeosang semakin kuat dan lebih sering. Jongho, yang sudah menyiapkan tas bersalin, segera membawa Yeosang ke mobil dan melaju ke rumah sakit dengan hati-hati namun cepat.
Di dalam mobil, Yeosang menggenggam tangan Jongho erat-erat. "Jongho, aku takut... Ini sakit sekali," ujarnya dengan suara bergetar.
Jongho menatapnya dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan hatinya sendiri. "Kau bisa melakukannya, Yeosang. Aku di sini bersamamu. Kita akan melewati ini bersama."
Sesampainya di rumah sakit, mereka disambut oleh tim medis yang segera membawa Yeosang ke ruang bersalin. Jongho mengikuti dengan langkah cepat, hatinya berdegup kencang. Dia tahu ini akan menjadi momen yang sulit, tetapi dia bertekad untuk tetap berada di sisi Yeosang sepanjang waktu.
Di ruang bersalin, dokter dan perawat segera melakukan pemeriksaan awal. "Pembukaannya sudah hampir lengkap, kita perlu menunggu sedikit lagi sebelum Yeosang mulai mengejan," kata dokter dengan tenang.
Yeosang berbaring di tempat tidur, berkeringat dan menggigil antara kontraksi. Jongho berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya erat. "Aku di sini, Yeosang. Tarik napas dalam-dalam. Kita akan melewati ini."
Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, dokter memberi isyarat bahwa waktunya telah tiba. "Yeosang, saat kontraksi berikutnya datang, aku ingin kau mulai mengejan, oke? Ikuti instruksiku."
Yeosang mengangguk lemah, napasnya berat. Ketika kontraksi berikutnya datang, dia mengejan sekuat tenaga, wajahnya memerah karena usaha kerasnya. "Aahhh... Sakit sekali, Jongho!"
Jongho mengelus kening Yeosang, mencoba menenangkan. "Kau bisa, Yeosang. Lanjutkan. Tarik napas dan dorong lagi."
Proses persalinan berjalan lama dan sulit. Setiap kali Yeosang mengejan, rasa sakit yang luar biasa menghantam tubuhnya, membuatnya menggigil dan berkeringat deras. Dokter dan perawat terus memberikan instruksi dan dukungan, tetapi komplikasi yang serius membuat setiap dorongan terasa tidak cukup.
"Aaahhh! Jongho, aku tidak kuat lagi... Sakit sekali..." rintih Yeosang, air mata mulai mengalir di pipinya.
Jongho merasakan hatinya hancur melihat penderitaan Yeosang, tetapi dia tetap kuat demi pasangan hidupnya. "Yeosang, kau harus bertahan. Kita hampir selesai. Aku tahu kau bisa melakukannya."
Yeosang mencoba lagi dan lagi, setiap dorongan membawa rasa sakit yang lebih intens. "Aku... aku tidak bisa... tidak ada tenaga lagi," katanya dengan suara lemah.
Dokter menatap Yeosang dengan penuh perhatian. "Yeosang, aku tahu ini sulit, tetapi kita perlu dorongan terakhir ini. Bayimu membutuhkanmu untuk berjuang sedikit lagi."
Yeosang merasa seluruh tubuhnya lelah dan hampir menyerah. Dia menatap Jongho dengan mata yang penuh keputusasaan. "Jongho, aku tidak bisa... aku benar-benar tidak bisa..."
Jongho menunduk, mencium tangan Yeosang dengan penuh kasih sayang. "Kau bisa, Yeosang. Lihat aku. Kita sudah sampai sejauh ini. Hanya sedikit lagi. Demi bayi kita, demi kita. Tolong, bertahanlah sedikit lagi."
Dengan dukungan dari Jongho, Yeosang mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengejan sekuat tenaga, melawan rasa sakit yang mengoyak tubuhnya.
"Aaahhh!!!" Jeritan Yeosang menggema di seluruh ruangan. Jongho terus menggenggam tangannya, memberikan dorongan dan cinta yang tak terbatas.
Akhirnya, setelah perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan, terdengar suara tangisan bayi yang pertama kali. Dokter mengangkat bayi yang baru lahir itu dan segera membersihkannya. "Selamat, Yeosang, Jongho. Bayi kalian lahir dengan selamat," kata dokter dengan senyum lega.
Yeosang terisak, air mata kebahagiaan bercampur dengan rasa lega. Jongho menunduk dan mencium kening Yeosang, air mata juga mengalir di pipinya. "Kau luar biasa, Yeosang. Aku sangat bangga padamu."
Perawat membawa bayi mereka yang telah dibersihkan dan dibedung, lalu meletakkannya di dada Yeosang. "Ini bayi kalian," katanya lembut.
Yeosang menatap bayi kecil itu dengan mata yang penuh cinta. "Hai, sayang... Selamat datang di dunia," bisiknya dengan suara penuh kasih.
Jongho memeluk Yeosang dan bayi mereka, merasakan kebahagiaan yang luar biasa. "Terima kasih, Yeosang. Kau sangat kuat. Kita berhasil."
Beberapa hari kemudian, Yeosang dan bayi mereka dipulangkan dari rumah sakit. Meskipun tubuhnya masih lemah dan butuh waktu untuk pulih, Yeosang merasa bahagia dan bersyukur. Jongho terus merawat Yeosang dan bayi mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Mereka tahu bahwa perjalanan ini baru dimulai, tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka yakin bisa menghadapi setiap tantangan.
Di rumah kecil mereka yang hangat, dengan bayi yang baru lahir di tengah-tengah mereka, Yunho dan Yeosang memulai babak baru dalam hidup mereka, penuh dengan harapan dan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal Episode • All × Yeosang
Fanfictionbottom!Yeosang / Yeosang centric ©2024, yongoroku456