🦊

41 7 0
                                    

Yeosang menggigit bibir bawahnya, matanya berkerut menatap resep yang terpampang di layar ponselnya. 

Cahaya biru dari layar menyinari wajahnya yang cemas. “Kenapa memasak harus serumit ini?” pikirnya. Ia hanya ingin membuatkan makan malam yang istimewa untuk Jongho, kekasihnya, untuk merayakan ulang tahun pertama hubungan mereka. Sebuah perayaan kecil, intim, yang hanya melibatkan mereka berdua. Dia tidak ingin berakhir dengan memesan makanan dari luar, sesuatu yang terasa begitu tidak personal dan tanpa usaha.

Dapur apartemen kecil mereka penuh dengan bahan-bahan yang berantakan. Ada tepung yang terserak di meja, sepotong daging yang belum diolah, dan rempah-rempah yang bertumpuk tanpa arah. Jarinya menyusuri deretan kata dalam resep dengan kesabaran yang mulai menipis. Semua instruksi terlihat rumit dan terperinci, seolah menuntut keahlian yang jauh di atas kemampuannya.

"Memasak seharusnya tidak sesulit ini," gerutunya pelan, hampir putus asa. Ia melirik jam dinding. Waktu terus berjalan, dan Jongho akan segera pulang. Yeosang tidak ingin mengecewakannya; ia ingin malam ini menjadi kenangan yang tak terlupakan, sesuatu yang dapat mereka ingat dengan senyuman di tahun-tahun mendatang.

Dengan menarik napas panjang, Yeosang mencoba menenangkan pikirannya. Dia mulai dengan langkah pertama, memotong sayuran dengan perlahan, mencoba meniru cara koki profesional yang pernah ia lihat di acara memasak di televisi. Tangannya gemetar sedikit saat ia memegang pisau, tapi ia tetap fokus. Satu demi satu, sayuran mulai terpotong rapi, mengisi mangkuk yang telah ia siapkan.

Saat ia mulai merasa sedikit lebih percaya diri, pikiran tentang Jongho membuat senyumnya merekah. Jongho selalu memiliki cara untuk membuatnya merasa aman dan dicintai. Tatapan lembutnya, cara dia tertawa saat Yeosang melakukan sesuatu yang konyol, dan bagaimana dia selalu ada untuk mendengarkan, bahkan di saat-saat paling sederhana sekalipun. Itu semua membuat Yeosang jatuh cinta lebih dalam setiap hari.

“Aku bisa melakukan ini,” gumamnya pada dirinya sendiri, mencoba menyalakan kembali semangatnya. Memasak ini bukan hanya tentang makanan; ini tentang menunjukkan betapa ia mencintai Jongho, betapa ia peduli.

Dengan itu, Yeosang melanjutkan memasak, berusaha yang terbaik meski merasa canggung dengan semua instruksi yang rumit.

***

Jam berlalu lebih cepat dari yang ia bayangkan, dan sebelum ia sadar, pintu apartemen terbuka pelan.

Jongho muncul di ambang pintu dengan senyum lembut yang selalu membuat hati Yeosang bergetar. “Hei, aku pulang,” sapa Jongho, menggantungkan jaketnya di gantungan dekat pintu.

Yeosang menoleh, sedikit tersipu. "Hei," balasnya pelan, menghapus sedikit keringat di dahinya. “Aku hampir selesai di sini. Tunggu sebentar, ya?”

Jongho tersenyum lebih lebar, matanya memancarkan kehangatan. "Tentu, aku tak sabar untuk melihat apa yang kamu siapkan." Dia mendekat ke dapur, merapatkan tubuhnya di samping Yeosang, mengintip ke dalam panci yang sedang mendidih. “Wah, ini terlihat enak. Kamu sudah bekerja keras, ya?”

Yeosang mengangguk, sedikit gugup tapi juga bangga. “Aku ingin membuat sesuatu yang spesial untuk kita. Ini malam yang istimewa, kan?”

Jongho mengangguk pelan, menyentuh punggung Yeosang dengan lembut, mengusapnya dengan cara yang menenangkan. “Ya, sangat istimewa. Dan aku sangat beruntung bisa merayakannya denganmu.” Sentuhan Jongho mengirimkan gelombang kehangatan melalui tubuh Yeosang, membuatnya merasa lebih rileks dan dihargai.

Mereka duduk di meja makan kecil, menikmati hidangan yang Yeosang buat. Meski ada beberapa kesalahan kecil di sana-sini, Jongho memakannya dengan senang hati, tidak berhenti memuji setiap gigitan yang ia ambil. Tawa dan percakapan hangat mengisi udara, mengiringi malam yang semakin larut.

Ketika makan malam selesai, Jongho menatap Yeosang dengan tatapan yang dalam dan penuh perasaan. “Terima kasih, sayang. Ini semua luar biasa,” katanya dengan suara rendah, suaranya penuh kejujuran dan kasih sayang.

Yeosang tersenyum, merasa hatinya meleleh oleh kata-kata Jongho. “Aku senang kamu suka,” jawabnya pelan. “Aku hanya ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku.”

Jongho tidak berkata apa-apa lagi. Sebaliknya, ia bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Yeosang, dan membungkuk untuk mencium bibirnya dengan lembut. Sentuhan itu ringan pada awalnya, hampir seperti sapuan lembut angin, tetapi kemudian menjadi lebih dalam, lebih bersemangat.

Yeosang merasakan dunia seolah berhenti, hanya ada dia dan Jongho. Bibir mereka bergerak bersama dalam harmoni sempurna, setiap ciuman membawa mereka lebih dekat, menghubungkan hati dan jiwa mereka dalam cara yang hanya bisa mereka mengerti. Tangan Jongho meluncur ke rambut Yeosang, menariknya lebih dekat, sementara tangan lainnya melingkari pinggangnya dengan erat.

Dengan satu gerakan halus, Jongho mengangkat Yeosang dan membawanya ke kamar tidur, langkah mereka terburu-buru namun penuh dengan hasrat yang menggebu. Di dalam kamar, mereka jatuh di atas tempat tidur, dan dalam kehangatan malam itu, dunia terasa lenyap di sekitar mereka.

Jongho mulai menelusuri bibir Yeosang dengan ciuman yang semakin dalam, bibirnya menari di atas kulit Yeosang, meninggalkan jejak-jejak panas yang membuat Yeosang mengerang pelan. Jari-jari Yeosang mencengkeram lengan Jongho, menariknya lebih dekat, haus akan setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan kekasihnya.

Malam itu dipenuhi dengan bisikan manis, tawa lembut, dan desahan penuh gairah. Mereka menjelajahi tubuh satu sama lain dengan keinginan yang tak terucapkan, seolah menemukan dunia baru yang hanya bisa mereka jelajahi bersama.

Tubuh mereka bergerak dalam irama yang selaras, napas mereka berpadu, dan setiap sentuhan membawa mereka lebih dekat menuju puncak ekstasi. Jongho membuat Yeosang merasa dicintai dengan cara yang begitu intens, begitu dalam, hingga Yeosang merasa seolah ia terbang, melayang di antara bintang-bintang.

Yeosang tidak bisa menahan desahan keras ketika Jongho akhirnya menyatukan mereka sepenuhnya, tubuh mereka bergetar dalam harmoni sempurna, setiap gerakan terasa seperti nyala api yang membakar mereka dalam kehangatan yang tak tertahankan. Keringat bercampur dengan rasa cinta, dan suara mereka memenuhi ruangan, seolah mengisi udara dengan bukti cinta mereka yang mendalam dan penuh gairah.

Ketika akhirnya mereka mencapai puncak bersama, dunia seolah meledak dalam cahaya dan kebahagiaan. Yeosang merasakan tubuhnya melengkung, napasnya tertahan, dan untuk beberapa saat, hanya ada perasaan yang menggelora dan tak terbatas, seolah-olah seluruh alam semesta berpusat pada mereka berdua.

Saat mereka berdua terbaring di atas tempat tidur, napas mereka masih berat dan tubuh mereka masih bergetar, Jongho memeluk Yeosang lebih erat, menariknya ke dalam pelukan yang hangat dan menenangkan. “Aku mencintaimu,” bisik Jongho pelan, suaranya serak tapi penuh ketulusan.

Yeosang tersenyum lemah, merasa sangat puas dan bahagia. “Aku juga mencintaimu, Jongho,” balasnya dengan suara lembut, menatap mata Jongho yang penuh dengan cinta dan rasa syukur. Mereka berdua tertawa kecil, menyadari bahwa mereka baru saja merayakan satu tahun kebersamaan mereka dengan cara yang paling indah dan berarti.

Dan di dalam kehangatan malam itu, mereka berdua tahu bahwa ini hanya awal dari banyak malam indah yang akan datang.

Ethereal Episode • All × YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang