🐈‍⬛

43 9 0
                                    

Malam itu, suasana di apartemen Mingi begitu tenang. 

Lampu-lampu kecil menghiasi sudut-sudut ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman.

Mingi sedang duduk di sofa, menatap layar TV yang menayangkan acara kartun kesukaan Yeosang. Di sebelahnya, Yeosang duduk dengan kepala bersandar di bahu Mingi, matanya terpaku pada layar namun pikirannya jauh melayang.

Yeosang telah menjadi "little"nya Mingi selama beberapa waktu. Hubungan mereka begitu lembut dan penuh kasih sayang.

Namun, ada sesuatu yang selalu menghantui Yeosang—bekas luka dari masa lalunya, baik yang terlihat maupun yang tak kasat mata.

Mingi merasakan perubahan suasana hati Yeosang. Ia tahu bahwa Yeosang sering kali terjebak dalam pikirannya sendiri, terutama saat mengingat masa lalunya yang kelam. Mingi menggenggam tangan Yeosang dengan lembut, memberikan sentuhan yang menenangkan.

“Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Mingi dengan suara lembut.

Yeosang menoleh, menatap Mingi dengan mata yang tampak berkabut. “Aku... aku hanya teringat sesuatu,” jawabnya pelan.

Mingi mengerti tanpa perlu banyak kata. Ia tahu bahwa bekas luka di tubuh Yeosang adalah bukti nyata dari penyiksaan yang pernah dialaminya. Meskipun mereka telah intim, Yeosang masih merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri.

“Kamu tahu, Sayang,” kata Mingi sambil menyelipkan sehelai rambut Yeosang ke belakang telinganya, “Aku mencintai setiap bagian dari dirimu, termasuk semua bekas luka itu. Itu adalah bagian dari cerita hidupmu, dan aku di sini untuk membantu kamu menulis cerita yang baru.”

Yeosang menunduk, merasa air matanya mulai menggenang. “Tapi aku merasa kotor dan rusak, Mingi. Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai sesuatu yang begitu cacat?”

Mingi mengangkat dagu Yeosang, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. “Kamu tidak kotor atau rusak, Yeosang. Kamu kuat. Kamu telah melalui banyak hal, dan tetap berdiri teguh. Itu yang membuatmu begitu istimewa di mataku.”

Yeosang terisak, merasakan kehangatan dan cinta dari setiap kata yang diucapkan Mingi. Ia tahu bahwa Mingi tulus mencintainya, tapi bayang-bayang masa lalu selalu mencoba merusak kebahagiaannya.

Mingi merangkul Yeosang, memeluknya erat. “Aku di sini, Yeosang. Aku tidak akan membiarkan masa lalumu menghantui kebahagiaan kita. Kamu aman bersamaku. Aku akan selalu melindungimu.”

Malam itu, mereka berdua berbicara lebih banyak. Mingi dengan sabar mendengarkan setiap cerita yang keluar dari mulut Yeosang, memberinya ruang untuk berbicara dan mengeluarkan beban yang selama ini dipendam. Setiap kali Yeosang terisak, Mingi akan mengusap punggungnya dengan lembut, memberikan rasa nyaman yang begitu ia butuhkan.

Seiring berjalannya waktu, Yeosang mulai merasa sedikit lebih ringan. Beban yang selama ini ia pikul perlahan-lahan terangkat.

Ketika malam semakin larut, Yeosang merasa kelelahan. Mingi membimbingnya ke kamar tidur dan membantu Yeosang berbaring. “Tidurlah, Sayang. Besok adalah hari yang baru, dan aku akan selalu ada di sini untukmu.”

Yeosang menutup mata, merasakan tangan Mingi yang lembut membelai rambutnya. “Terima kasih, Mingi. Aku mencintaimu,” bisiknya sebelum terlelap.

Mingi menatap wajah Yeosang yang tenang dalam tidur. “Aku juga mencintaimu, Yeosang. Selalu.”

Dengan itu, Mingi mematikan lampu dan berbaring di samping Yeosang, memastikan bahwa orang yang ia cintai benar-benar merasa aman dan dicintai.

Di balik semua luka dan trauma, mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan selalu menjadi cahaya yang menerangi kegelapan.

Ethereal Episode • All × YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang