Seonghwa dan Yeosang telah saling mengenal sejak bergabung dengan grup musik mereka.
Persahabatan yang tumbuh di antara mereka perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih mendalam. Keduanya selalu memiliki perhatian khusus satu sama lain, meskipun mereka jarang mengungkapkannya dengan kata-kata.
Suatu hari, setelah latihan yang melelahkan, Yeosang mengajak Seonghwa untuk berjalan-jalan di taman dekat studio. Malam itu indah, dengan bintang-bintang yang bersinar terang di langit. Mereka berbicara tentang banyak hal, tertawa, dan menikmati kebersamaan mereka.
"Aku suka saat-saat seperti ini," kata Yeosang sambil tersenyum, menatap Seonghwa. "Rasanya damai, hanya kita berdua."
Seonghwa membalas senyumnya, merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya. "Aku juga, Yeosang. Aku senang bisa berbagi momen seperti ini denganmu."
Saat mereka melintasi jalan kecil yang sepi, Seonghwa berhenti sejenak untuk mengikat tali sepatunya. Yeosang menunggu di tepi jalan, memperhatikan Seonghwa dengan penuh kasih sayang.
Namun, dalam sekejap, suara deru mobil terdengar mendekat dengan cepat.
Yeosang berbalik dan melihat mobil itu melaju ke arah Seonghwa dengan kecepatan yang tidak terkendali. Tanpa berpikir panjang, dia berlari ke arah Seonghwa, mencoba memperingatkannya.
"Seonghwa, awas!" teriak Yeosang dengan panik.
Namun, Seonghwa tidak sempat bereaksi. Mobil itu menabraknya dengan keras, melemparkan tubuhnya beberapa meter ke depan.
Yeosang merasa dunianya runtuh saat melihat tubuh Seonghwa tergeletak di jalan.
"Seonghwa!" Yeosang berteriak, berlari menghampiri tubuh Seonghwa yang tidak bergerak. Air mata mulai mengalir di wajahnya saat dia meraih tangan Seonghwa yang dingin.
"Seonghwa, tolong bangun. Kumohon," bisik Yeosang dengan suara bergetar.
Orang-orang mulai berkumpul, dan tidak lama kemudian, suara sirine ambulans terdengar di kejauhan. Paramedis tiba dan segera membawa Seonghwa ke rumah sakit. Yeosang tidak bisa meninggalkan sisi Seonghwa, dia ikut naik ke ambulans, memegang tangan Seonghwa sepanjang perjalanan.
Setibanya di rumah sakit, Seonghwa langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Yeosang menunggu dengan cemas di ruang tunggu, hatinya penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Seonghwa.
Setelah beberapa jam yang terasa seperti seabad, dokter keluar dari ruang operasi. Yeosang segera berdiri, wajahnya penuh harap dan kecemasan.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Yeosang dengan suara gemetar.
Dokter tersenyum tipis. "Seonghwa mengalami cedera serius, tapi dia stabil sekarang. Kami berhasil menghentikan pendarahan dan mengatasi luka-lukanya. Dia akan membutuhkan waktu untuk pulih, tapi dia akan baik-baik saja."
Air mata kebahagiaan dan kelegaan mengalir di wajah Yeosang. "Terima kasih, Dokter. Terima kasih banyak."
Setelah diperbolehkan masuk, Yeosang duduk di samping tempat tidur Seonghwa. Melihat Seonghwa yang terbaring dengan wajah pucat, Yeosang merasa hatinya sangat sakit. Dia meraih tangan Seonghwa, menggenggamnya dengan lembut.
"Seonghwa, kumohon cepat sembuh. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu," bisik Yeosang, air mata masih mengalir di pipinya.
Beberapa hari berlalu, Seonghwa perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Suatu pagi, Yeosang terbangun di kursi di samping tempat tidur Seonghwa, merasa tangan Seonghwa bergerak sedikit.
"Seonghwa?" panggil Yeosang dengan suara penuh harap.
Mata Seonghwa perlahan terbuka, menatap Yeosang dengan pandangan yang lemah tapi penuh kasih. "Yeosang...," suaranya terdengar serak.
Yeosang merasa hatinya melompat kegirangan. "Seonghwa, kamu bangun! Aku sangat khawatir."
Seonghwa tersenyum lemah. "Maaf membuatmu khawatir. Apa yang terjadi?"
Yeosang menjelaskan kejadian malam itu, dan bagaimana dia sangat takut kehilangan Seonghwa. Seonghwa mendengarkan dengan seksama, merasakan betapa Yeosang sangat peduli padanya.
"Yeosang, terima kasih telah ada di sini untukku," kata Seonghwa dengan suara lemah namun tulus.
Yeosang mengangguk, air mata kebahagiaan mengalir lagi. "Aku selalu ada untukmu, Seonghwa. Aku... aku mencintaimu."
Seonghwa tersenyum lebih lebar, meski masih lemah. "Aku juga mencintaimu, Yeosang. Selalu."
Dengan hati yang penuh cinta dan tekad, Yeosang berjanji untuk merawat Seonghwa hingga dia pulih sepenuhnya. Mereka berbagi ciuman lembut, penuh dengan janji dan harapan untuk masa depan bersama.
Beberapa minggu kemudian, Seonghwa akhirnya diperbolehkan pulang. Dengan dukungan penuh dari Yeosang, dia perlahan-lahan mulai kembali kuat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbicara, tertawa, dan merencanakan masa depan.
Suatu malam, saat mereka duduk bersama di balkon rumah Seonghwa, menikmati udara malam yang segar, Yeosang meraih tangan Seonghwa dan berkata, "Aku sangat bersyukur kita bisa melalui semua ini bersama. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa dirimu, Seonghwa."
Seonghwa tersenyum, menatap Yeosang dengan penuh cinta. "Aku juga, Yeosang. Kamu adalah segalanya bagiku. Terima kasih telah selalu ada untukku."
Mereka saling berpelukan, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang tidak terucapkan.
Cinta mereka yang begitu kuat berhasil mengatasi semua rintangan, dan mereka tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal Episode • All × Yeosang
Fanficbottom!Yeosang / Yeosang centric ©2024, yongoroku456