Yeosang terbangun di pagi yang sunyi, cahaya matahari yang redup menyelinap masuk melalui celah-celah tirai.
Namun, keheningan itu segera pecah saat ia menyadari ada seseorang di tempat tidurnya. Mingi, seorang iblis lain yang lebih besar dari yang sebelumnya, berbaring di sampingnya dengan senyum yang menyeramkan namun menenangkan.
"Selamat pagi, tikus kecilku," sapa Mingi, suaranya dalam dan bergema.
Yeosang menggigil mendengar sapaan itu, bukan karena ketakutan, tapi karena kekuatan dan magnetisme yang terpancar dari suara Mingi. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yeosang dengan suara bergetar, campuran antara rasa takut dan keingintahuan.
Mingi tertawa kecil, suara tawanya menggema di ruangan yang sepi. "Aku mendengar pikiranmu, Yeosang. Kau merindukan kehangatan, dan aku di sini untuk memberikannya padamu."
Yeosang menelan ludah, matanya tidak bisa lepas dari sosok Mingi yang tampak mengerikan namun memesona. "Kau tidak se-menakutkan yang lainnya," gumam Yeosang, setengah bicara pada dirinya sendiri.
Mingi mengulurkan tangan, jari-jarinya yang panjang dan kuat menyentuh pipi Yeosang dengan lembut. "Jangan tertipu oleh penampilan, Yeosang. Aku bisa menjadi sangat menakutkan jika aku mau," katanya, meskipun nada suaranya tetap tenang.
Yeosang merasa napasnya tercekat. Ada sesuatu dalam sentuhan dan kata-kata Mingi yang membuatnya merasa terikat, seolah-olah ia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya sendiri.
Malamnya, mereka berdua menghabiskan waktu dalam keintiman yang mendalam. Setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan Mingi terasa membakar, membawa Yeosang ke dunia yang penuh dengan hasrat yang liar.
"Yeosang," bisik Mingi, suaranya terdengar lebih lembut namun penuh dengan gairah. "Aku ingin kau merasakan semuanya. Setiap bagian dari diriku."
Yeosang mengangguk, tubuhnya menyerah pada gelombang keintiman yang diberikan Mingi.
Malam itu mereka berdua terikat dalam hasrat yang tak terucapkan, sebuah tarian yang hanya bisa dimengerti oleh jiwa-jiwa yang tersesat dan menemukan satu sama lain dalam kegelapan.
Setiap gerakan Mingi terasa seperti bara api yang menyentuh kulit Yeosang, membakar dengan intensitas yang tidak bisa dijelaskan. Yeosang mengerang dalam kebahagiaan yang penuh rasa sakit, membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Mingi yang kuat dan mengikat.
Paginya, Mingi masih terbaring, matanya yang gelap menatap Yeosang dengan penuh kelembutan.
"Bagaimana perasaanmu, tikus kecilku?" tanya Mingi, suaranya masih serak namun penuh dengan kasih sayang.
Yeosang tersenyum lemah, merasakan kehangatan yang aneh di dalam hatinya. "Aku merasa... hidup," jawabnya, kata-kata yang sederhana namun penuh makna.
Mingi mengangguk, menyentuh pipi Yeosang sekali lagi. "Itulah yang kuinginkan. Aku ingin kau merasakan hidup, meskipun itu berarti melalui api."
Dengan perlahan, Yeosang bangkit dari tempat tidur, tubuhnya masih merasakan sisa-sisa malam yang penuh gairah. Mingi mengawasi setiap gerakannya, seolah memastikan bahwa Yeosang baik-baik saja.
"Kau akan kembali, bukan?" tanya Yeosang, matanya mencari-cari jawaban di wajah Mingi.
Mingi tersenyum, senyum yang menenangkan namun penuh misteri. "Aku selalu di sini untukmu, Yeosang. Kapan pun kau membutuhkan kehangatan, aku akan datang."
Yeosang mengangguk, merasa lebih tenang dengan janji itu. Mereka berdua tahu bahwa dunia ini penuh dengan kekacauan, namun dalam kekacauan itu, mereka menemukan kedamaian dalam satu sama lain.
Saat Yeosang melangkah keluar dari kamar, ia merasakan beban yang lebih ringan di pundaknya.
Setiap langkahnya membawa ingatan tentang malam yang penuh gairah, malam di mana ia menemukan kehangatan dalam pelukan iblis yang menakutkan namun penuh kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal Episode • All × Yeosang
Fanfictionbottom!Yeosang / Yeosang centric ©2024, yongoroku456