🍂

42 7 0
                                    

Di kota yang tak pernah tidur, di tengah keramaian lampu neon yang bersinar terang, Yeosang duduk sendirian di sebuah bar, mencoba mengusir lelah setelah hari yang panjang di tempat kerjanya.

Bar tersebut dipenuhi oleh berbagai macam orang yang datang dan pergi, tetapi Yeosang tidak terlalu memperhatikan mereka. Dia hanya ingin menikmati minumannya dan melupakan sejenak rutinitas sehari-harinya.

Sambil mengaduk minumannya dengan malas, Yeosang tiba-tiba merasakan tatapan seseorang yang membuat bulu kuduknya meremang. Dia mengangkat pandangannya dan melihat seorang pria tinggi yang baru saja masuk ke bar, menatapnya dengan senyuman penuh percaya diri. Pria itu memiliki aura yang memikat, membuat Yeosang sulit mengalihkan pandangannya.

Pria itu berjalan mendekat, dan Yeosang merasakan detak jantungnya semakin cepat.

Saat pria itu berdiri di hadapannya, dia menyapa dengan suara yang dalam dan menggoda, "Kamu mencari teman, anak tampan?"

Yeosang tersentak sedikit mendengar suara itu, tetapi dia tersenyum malu-malu. "Mungkin," jawabnya dengan suara pelan, matanya mengamati pria yang kini berdiri di depannya.

Pria itu duduk di kursi sebelah Yeosang, menatapnya dengan intens. "Namaku San," katanya sambil mengulurkan tangan.

"Yeosang," balas Yeosang, meraih tangan San dan merasakan sentuhan yang hangat namun kuat.

Mereka berbincang dengan nyaman, dan Yeosang merasa semakin tertarik pada San. Ada sesuatu yang misterius tentang pria ini yang membuatnya ingin tahu lebih banyak. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, dan Yeosang merasa seakan-akan dia telah mengenal San selama bertahun-tahun.

Seiring waktu berlalu, ketertarikan murni mereka perlahan berubah menjadi hasrat yang lebih dalam. Tatapan San menjadi lebih intens, dan sentuhan yang awalnya lembut kini semakin berani. Yeosang merasakan keinginan yang membara di dalam dirinya, dan dia tahu bahwa malam ini akan berakhir dengan cara yang berbeda.

"Ayo kita keluar dari sini," bisik San di telinga Yeosang, membuat bulu kuduknya meremang lagi.

Yeosang mengangguk tanpa ragu, mengikuti San keluar dari bar menuju sebuah tempat yang lebih sepi. Mereka menemukan sebuah gang kecil yang sepi, jauh dari keramaian. Tanpa menunggu lebih lama, San menarik Yeosang ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya dengan penuh gairah.

Ciuman itu terasa intens dan panas, membuat Yeosang merasa seperti terbakar. Tangannya melingkar di leher San, menarik pria itu lebih dekat. San mencium Yeosang dengan lapar, seolah-olah dia tidak bisa merasa cukup dari pria di hadapannya.

Di tengah-tengah hasrat mereka, San menarik diri sejenak, menatap mata Yeosang dengan intensitas yang menakutkan. "Aku harus memberitahumu sesuatu," katanya dengan suara serak.

"Apa itu?" tanya Yeosang, masih terengah-engah.

San menunduk sedikit, menunjukkan taring yang tiba-tiba terlihat di mulutnya. "Aku bukan manusia, Yeosang. Aku vampir."

Yeosang terdiam sejenak, matanya membesar melihat taring itu.

Namun, alih-alih ketakutan, dia merasakan sensasi aneh yang membuatnya semakin tertarik. "Jadi, itu rahasiamu," bisiknya pelan.

San menatap Yeosang dengan cemas, khawatir akan reaksi pria itu. "Aku tidak ingin menyakitimu. Tapi jika kamu ingin pergi, aku akan mengerti."

Yeosang menggeleng, senyumnya muncul kembali. "Aku tidak takut, San. Aku ingin bersamamu, apapun yang terjadi."

San merasa lega mendengar itu. Dia menarik Yeosang lebih dekat, tangannya mulai menjelajahi tubuh Yeosang dengan intens. "Baiklah, tapi kamu harus tahu, malam ini akan berbeda," katanya dengan suara penuh gairah.

Yeosang hanya bisa mengangguk, membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan San. Mereka berdua saling menjelajahi tubuh satu sama lain dengan penuh hasrat, menciptakan gelombang kenikmatan yang tak terbendung. San mencium leher Yeosang dengan penuh gairah, tangannya semakin kuat menggenggam pinggang Yeosang.

Saat ciuman itu semakin dalam, San tidak bisa menahan dirinya lagi. Dengan lembut, dia menggigit leher Yeosang, menghisap darahnya dengan perlahan. Yeosang merasakan rasa sakit yang aneh bercampur dengan kenikmatan yang intens, membuatnya mendesah dengan keras.

"San...," desah Yeosang, merasakan tubuhnya semakin lemah namun penuh dengan keinginan.

San menghentikan gigitannya, menjilati luka kecil yang dia buat di leher Yeosang, memastikan bahwa luka itu sembuh dengan cepat. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan suara penuh perhatian.

Yeosang mengangguk, menatap San dengan mata yang berkilat. "Aku baik-baik saja. Lanjutkan."

Mendengar kata itu, San semakin tergoda. Dia mencium Yeosang dengan lebih intens, tangannya mulai membuka pakaian Yeosang satu per satu. Mereka terjatuh ke tanah gang yang sepi, saling merasakan kehangatan dan kenikmatan dari tubuh masing-masing.

Malam itu, mereka menghabiskan waktu dalam gelombang gairah yang tak berujung. Suara desahan dan bisikan cinta memenuhi udara malam, mengikat mereka lebih erat dalam hubungan yang penuh dengan rahasia dan cinta sejati.

Ketika fajar mulai menyingsing, mereka berdua terbaring di tanah, terengah-engah namun penuh dengan kepuasan. San mencium kening Yeosang dengan lembut. "Aku mencintaimu, Yeosang."

Yeosang tersenyum, menatap San dengan mata yang berkilauan. "Aku juga mencintaimu, San."

Dengan cinta yang mendalam dan rahasia yang terungkap, mereka berdua tahu bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang tak tergantikan.

Malam itu, mereka mengikatkan diri dalam cinta yang abadi, siap menghadapi apapun yang datang bersama-sama.

Ethereal Episode • All × YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang