🪶

33 7 0
                                    

Apartemen itu berdiri angkuh dengan jendela-jendela gelap yang menatap dunia luar tanpa emosi.

Di dalam, keheningan malam dipecahkan oleh suara sepatu detektif yang melangkah dengan tegas, menyusuri jejak darah yang berkilauan di bawah cahaya lampu yang redup. Jung Wooyoung, detektif terbaik Korea, berdiri di depan pintu kamar yang setengah terbuka. Nafasnya berat oleh ketegangan, matanya tajam mengamati setiap sudut ruangan.

"Alright Kang, your time's up," suaranya terdengar jelas dan tegas, memecah keheningan malam. Di dalam kamar, sosok yang telah menghantui pikirannya selama bertahun-tahun berdiri dengan tenang. Kang Yeosang, pembunuh paling keji di Korea, tersenyum tipis, seolah-olah menghadapi seorang teman lama.

"Wooyoung," kata Yeosang, suaranya lembut namun berbahaya. "Kau selalu tahu cara menemukan aku."

Wooyoung menahan diri, tangannya menggenggam pistol dengan erat. "Kau tidak akan bisa lolos kali ini, Yeosang. Aku sudah cukup lama mengejarmu. Ini akhir dari permainanmu."

Yeosang tertawa kecil, sebuah suara yang menggetarkan tulang belakang Wooyoung. "Apakah kau benar-benar berpikir ini hanya permainan, Wooyoung? Kau tidak tahu seberapa dalam ini semua. Kau hanya melihat permukaan."

Wooyoung maju selangkah, jarak antara mereka semakin menipis. "Katakan itu pada korban-korbanmu, Yeosang. Pada mereka yang tidak berdosa yang kau bunuh tanpa ampun."

Yeosang memiringkan kepala, tatapannya tajam namun penuh keingintahuan. "Dan apakah kau berbeda, Wooyoung? Apakah kau benar-benar percaya bahwa kau lebih baik dariku?"

Keheningan yang menyakitkan menggantung di udara. Wooyoung menahan napas, mencoba meresapi kata-kata Yeosang. Ada sesuatu yang mengusik hatinya, sebuah kebenaran yang tak ingin diakuinya. Di antara mereka, ketegangan berubah menjadi sesuatu yang lebih kompleks, lebih gelap.

"Mungkin kau benar," kata Wooyoung akhirnya, suaranya bergetar oleh emosi yang tak terkendali. "Mungkin kita tidak berbeda. Tapi aku masih punya hati, Yeosang. Sesuatu yang kau hilangkan sejak lama."

Yeosang mendekat, jarak di antara mereka hilang dalam sekejap. "Hati? Apa kau yakin itu yang membuat kita berbeda?"

Dalam gerakan yang tak terduga, Yeosang meraih Wooyoung, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang kasar dan penuh gairah. Wooyoung, yang terkejut oleh intensitasnya, tidak bisa menahan diri. Ada sesuatu yang gelap dan memabukkan dalam ciuman itu, sesuatu yang tak bisa dia lawan.

Malam itu, dalam apartemen yang penuh dengan bayangan dosa, mereka menghabiskan malam dengan cara yang tak terduga. Gairah mereka mengalir seperti arus liar, menghapus batas antara benci dan cinta. Tubuh mereka saling terjalin, merasakan panas yang membakar dan dingin yang menyengat, sebuah perpaduan yang membingungkan namun tak terelakkan.

Saat pagi menjelang, Wooyoung terbaring di samping Yeosang, napas mereka masih terengah-engah oleh kelelahan. Di balik jendela, cahaya fajar perlahan mengusir kegelapan malam, membawa harapan baru.

Yeosang, dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya, membisikkan kata-kata yang menusuk hati Wooyoung. "Kau tahu, Wooyoung. Mungkin ini memang takdir kita. Untuk terus berkejaran dalam gelap, mencari sesuatu yang kita sendiri tidak mengerti."

Wooyoung menatap langit-langit, pikirannya berkecamuk oleh perasaan yang bertentangan. "Mungkin kau benar, Yeosang. Tapi hari ini, setidaknya untuk saat ini, aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok."

Dan di pagi yang dingin itu, di antara bayangan dosa dan cinta yang terlarang, mereka menemukan sejenak kedamaian yang langka.

Sebuah kedamaian yang hanya bisa ditemukan di ujung ketegangan, di tempat di mana batas antara benar dan salah memudar, digantikan oleh kehangatan yang tak terduga.

Ethereal Episode • All × YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang