🐩

45 7 0
                                    

Yeosang mendesah pelan begitu ia melangkahkan kaki ke dalam rumah. 

Aroma khas itu langsung menyergap indra penciumannya, campuran dari bau tajam ganja yang terbakar dan samar-samar bau bir yang asam. Ia tahu, tanpa perlu melihat, bahwa Hongjoong—ayahnya—sedang duduk di garasi, menikmati dunianya yang buram dan lepas dari kenyataan.

Dengan langkah berat, Yeosang berjalan menuju garasi. Langkahnya tak berisik, namun penuh dengan ketidakpastian dan keengganan. Pintu garasi setengah terbuka, mengeluarkan semburat cahaya kuning yang remang-remang, seperti sinar bulan yang terselubung awan kelabu. Ketika ia mendorong pintu lebih lebar, pemandangan itu tidak mengejutkannya. Hongjoong duduk di kursi tua, dengan sebatang rokok ganja di antara jari-jari tangan kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam kaleng bir yang sudah setengah kosong.

"Hai, Ayah," sapa Yeosang pelan, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan garasi. Ia mencoba untuk terdengar biasa saja, meskipun ada kekhawatiran yang merayap di hatinya.

Hongjoong menoleh, matanya sedikit sayu namun masih memancarkan cahaya kehangatan yang pernah begitu akrab bagi Yeosang. "Oh, Yeosang. Sudah pulang, Nak?" Ia tersenyum, tetapi senyum itu tidak menyembunyikan keletihan dan kepedihan yang mendalam.

Yeosang mengangguk, mencoba untuk tetap tenang. "Ayah, kau baik-baik saja?"

Hongjoong menarik napas dalam-dalam, menghisap rokok ganja dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Asap putih melingkar di udara, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang menari di sekitar mereka. "Hidup ini kadang-kadang terlalu berat, Yeosang. Dan ini... ini caraku untuk melarikan diri sejenak."

Yeosang merasakan desakan di dadanya, keinginan untuk meraih ayahnya, menggoyang-goyang tubuhnya, dan memintanya untuk berhenti. Namun, ia tahu bahwa itu tidak akan mengubah apa-apa. "Ayah, aku mengerti. Tapi mungkin ada cara lain untuk melarikan diri, cara yang tidak merusak dirimu sendiri."

Hongjoong tertawa pahit, suara yang terdengar lebih seperti isakan yang teredam. "Kau masih muda, Yeosang. Kau belum mengerti betapa kerasnya dunia ini. Kadang-kadang, semua yang kau inginkan adalah ketenangan, meskipun hanya sejenak."

Yeosang duduk di kursi di seberang ayahnya, menatap pria yang pernah menjadi pahlawan di matanya, kini terlihat begitu rapuh dan tersesat. "Ayah, aku tahu hidup ini sulit. Tapi aku di sini. Aku akan selalu di sini untukmu."

Hongjoong menatap anaknya dengan mata yang berkaca-kaca, perasaan bersalah dan cinta bercampur aduk dalam tatapan itu. "Yeosang, kau adalah cahaya dalam hidupku yang gelap ini. Aku hanya tidak ingin kau terbawa ke dalam kegelapan ini."

Yeosang mengulurkan tangannya, menyentuh lengan ayahnya dengan lembut. "Ayah, kita bisa menemukan jalan keluar. Kita bisa mencari bantuan, memulai dari awal. Aku tidak akan menyerah padamu."

Hongjoong menutup matanya, menahan air mata yang ingin jatuh. "Aku akan mencoba, Yeosang. Demi kau, aku akan mencoba."

Malam itu, di garasi yang remang-remang, dengan bau ganja yang menguar dan bir yang tumpah, Yeosang dan Hongjoong menemukan secercah harapan.

Dalam keheningan malam, dengan bintang-bintang yang menyaksikan dari kejauhan, mereka berjanji untuk tidak pernah menyerah satu sama lain, untuk terus berjuang dan mencari cahaya di tengah kegelapan.

Ethereal Episode • All × YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang