42(END).

1.5K 108 48
                                        

Senja berjalan dengan gontai menuju ruangan Biru dengan dipapah oleh Zaky.

Setelah sampai diruangan itu,dia melihat keluarga dan teman-teman Biru yang berkumpul di depan ruangan Biru dengan kondisi yang kacau.

Kemudian dia duduk bersama Zaky di dekat Bram dan juga Amara.

"Senja"panggil Bram kepada Senja ketika melihat kedatangan gadis itu yang kondisi nya juga tidak kalah kacau dengan mereka.

"Kenapa om?, Biru baik-baik aja kan?,dia gak bakalan ninggalin saya kan?"tanya Senja dengan air mata yang mulai turun lagi dari pipinya.

Bram yang melihat itu tidak kuasa melihat kondisi kacau dari Senja kemudian dia memeluk nya dengan erat.

"Kalau Biru gak bisa bertahan,kamu ikhlasin anak om yah?"pinta Bram dengan mengigit bibir bawahnya.

"Om ngomong apa sih?, Biru pasti baik-baik aja kok,jadi om tenang aja"balas Senja dengan tersenyum tipis.

Bram melihat itu hanya tersenyum getir seraya menatap Senja dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Om juga gak mau kehilangan anak om,tapi kalau ini udah takdir,om bisa apa?"batin Bram.

Ceklek....

Pintu ruangan terbuka menampilkan Alex dengan wajah yang menunduk dan tangan yang bergetar,mereka yang ada disana melihat kedatangan Alex itu langsung menghampiri Alex.

"Gimana keadaan adik aku yah?"tanya Rendra khawatir.

"Biru mau ketemu sama kalian,silahkan kalian semua masuk"ucap Alex tanpa menjawab pertanyaan dari Rendra.

Mereka yang mendengar itu langsung saja berlari masuk keruangan Biru dengan wajah penuh kekhawatir nya.

"Adekk"teriak Rendra menghampiri brankar Biru bersama ketiga kakaknya yaitu Amara, Rayyan dan Sevina.

"P-ppah mana?"tanya Biru kepada mereka ketika tidak melihat keberadaan sang ayah.

Bram masuk dengan senyuman getir nya menghampiri Biru kemudian tangan nya terurai mengusap surai rambut anak itu dengan lembut.

"Papah disini sayang,kamu butuh apa hm?"ucap Bram tersenyum kepada Biru dengan air mata yang terus turun dari pipi nya.

Biru yang melihat ayahnya menangis menjadi ikut menangis,kemudian dia berusaha mengangkat tangan nya untuk mengusap air mata di pipi Bram.

"J-jangan nangis kayak gitu,a-aku sedih liatnya"lirih Biru pelan dibalik masker oksigen nya yang hampir tidak terdengar.

Bram yang mendengar itu langsung mengusap air matanya secara kasar kemudian tersenyum dengan tulus.

Biru yang melihat Bram tidak menangis lagi pun tersenyum tipis,kemudian tatapan nya beralih kepada keempat saudaranya.

"A-abang"panggil nya kepada Rayyan dan Rendra.

"Kenapa adek?"balas mereka berdua dengan lembut seraya mengusap keringat yang membanjiri wajah Biru.

"Adek pamit yah?,kalian jagain papah sama kakak-kakak cantik Biru,kalian juga jangan nangisin Biru lagi yah, pokoknya kalian harus ikhlas!"lirihnya dengan tersenyum dibalik masker oksigen itu.

Rayyan yang mendengar itu semakin terisak dengan pandangan yang ditundukkan,berbeda dengan Rendra yang langsung menatap tajam Biru.

"Enggak!,Lo ngomong apasih?, sampai kapan pun gue gak akan pernah ikhlas dan siap buat kehilangan Lo!,cukup bunda aja yang pergi ninggalin gue,l-lo j-jangan"balas Rendra kepada Biru dengan memegang tangan Biru sangat erat.

Biru Al Ghifari (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang