Pernikahan

151 1 0
                                    

     18-6-2024
    Senyuman bahagia terukir manis menghiasi bibir kedua sejoli yang kini akan melaksanakan sebuah acara sakral wanita cantik dengan balutan gaun putih berhias mahkota bermata indah menyilaukan mata turut mengisi kegembiraan para tamu turut mewakili perasaan Arumi Yasmin.

    Semua mata tertuju pada perempuan yang begitu cantik. Berbisik heran lantaran gadis sederhana macam dia bisa mendapatkan pria sesukses itu, ada pula mereka berdecak kagum saking terpesona nya.

    Polesan make up natural tak menghilangkan aura kecantikan nya, sebentar lagi akan menjadi istri pengusaha muda terkenal keramahan terhadap siapa pun tak mengenal kasta.

    Si mempelai pria tak kalah tampan, pria berwajah kebule bulean, alis mata tebal, bibir tipis rahang tegas, netra hitam tajam bak elang semakin menambah karismatik.

    Siapapun tak percaya jika di balik ketampanan nya menyimpan sejuta rahasia besar dan kebencian mendalam terhadap wanita yang kini berjalan ke arahnya.

    Acara berjalan lancar meski ada sedikit kendala pada pihak wanita, saksi nikah Arumi tak datang sehingga harus digantikan oleh kakak kandung nya, entah kemana perginya sang ayah.

    Mempelai pria mulai menjabat tangan penghulu bersiap mengucapkan akad nikah.

    Dalam sekali tarikan nafas Ananda Putra Bastian berhasil melafadzkan akad nikah. Semua saksi mengatakan 'SAH' pernikahan berhasil.

    Penghulu melantunkan doa dengan khidmat. Setelah itu mempelai wanita diarahkan untuk duduk di samping pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.

    Keduanya menandatangani buku nikah diatas kertas terdapat foto sepasang pengantin.

    Pengantin wanita mencium punggung tangan suaminya. Kemudian mereka berfoto memperlihatkan cincin yang sudah melingkar di jari manis keduanya.

    Para tamu datang memberikan selamat berjalan bergantian di pelaminan.

    'Hmm... sesuai rencanaku, kau tak ku biarkan sedikitpun merasakan bahagia, anggap saja ini adalah awal penderitaanmu sayang, menjijikan sekali aku memanggil nya dengan sebutan itu, darah kesialan.' batin Putra sudut bibirnya tertarik keatas, senyum nyaris tak terlihat.

    'Ada yang aneh. Aku liat senyuman dia dia berbeda, ah mana mungkin.' Arumi menepis pikiran buruknya tak mau berpikiran rasis terhadap suaminya kini.

    Lamunan mempelai wanita buyar lantaran sang suami menepuk bahunya cukup keras. Ada salah satu tamu ingin mengambil foto bersama.

    "Selamat ya atas pernikahan kalian, kita turut bahagia. Semoga cepat diberi momongan." ucap Andra mengulurkan tangan ke sahabatnya Arumi sedari kecil.

    Arumi sedikit mengusap bahunya sempat terasa sakit, mengira jikalau itu sebuah kecemburuan karna Andra mempunyai perasaan lebih terhadap teman yang memakai gaun pernikahan.

    Tatapan nya tak luput dari sorot tajam suaminya, Arumi menelan slavia susah saat Putra berbisik.

    "Suruh dia pergi sekarang juga dari hadapanku! atau kau ingin hari kebahagiaan kita berubah, tidak tau malu meminta banyak foto selfi istri orang." bisik Putra dengan suara tak biasa.

    "Dra, kamu lupa ada janji sama mamamu." kata Arumi menghentikan aksi memotret sahabatnya.

Dahi Andra mengkerut mata terpejam ia melupakan sesuatu.

    "Ah, iya. Aku pergi dulu ya Rum, sampai nanti, bang." kata Andra kembali menyalami kedua mempelai beralih menatap suami wanita terkasihnya.

    "Jaga sahabatku baik baik. Satu kali aku liat dia bersedih karenamu, gue tak segan merebut nya darimu." sambungnya sertai cengiran kuda.

    Putra menatap datar. "Hmm... dia istriku, mana mungkin aku berbuat seperti tuduhanmu."

    "Oke. Aku pegang kata katamu, woles bro! kau pemenangnya." mendekatkan bibirnya ke telinga Putra. "Jangan kira gue tidak tau perbuatanmu." dadanya terdorong mundur terhuyung ke belakang.

    "Mas, udah. Kau tau kan sifat Andra bagaimana? jangan terpancing emosi." Arumi menarik lengan suaminya agar ikut duduk di sampingnya.

    "Brengsek!" umpatnya dalam hati.

Bersambung ...

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang