Kedua orang tua Putra pamit pulang kini tinggalah sepasang suami istri berdiri canggung, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut pria yang telah sah jadi suaminya, dia terkesan cuek pergi begitu saja meninggalkan Arumi sendiri.
"Mas Putra." panggil Arumi akhirnya.
Tak ada sahutan dari pemilik nama ia malah semakin mempercepat langkah kaki menaiki anak tangga.
'Ada apa dengan sikapnya. Atau mungkin aku melakukan kesalahan.'
'Kak Andre, dia pasti penyebab mas Putra marah. Aku harus jelaskan sesuatu ke dia sebelum mas Putra makin marah, kata orang suami istri tidak boleh marahan lebih dari tiga hari.'
Satu persatu Arumi melepas heels berhak cukup tinggi sedari tadi mengganggu pergerakan nya.
"Mas." berjalan menyusul suami ke kamarnya.
Sesampainya di atas Arumi bingung harus memasuki kamar yang mana, ada tiga ruang semuanya warna cat pintu berwarna hitam nyaris sama berjajar lurus.
"Aduh, kenapa aku jadi gugup gini ya." gumam Arumi mondar mandir tak jelas seraya menggigit ujung kuku kebiasaan dari dulu.
Di dalam kamar Putra sedang bersiap siap pergi setelah mendapat panggilan dari seseorang lewat vidio call.
Vcall 📱
"Hallo sayang." sapa Putra tersenyum sumringah.
"Gimana acara hari ini. Lancar."
"Hmm... sesuai rencana."
"Kamu ih, mau nikah gak bilang aku. Tiba tiba udah sah, mana beritanya tersebar dimana mana, liat tuh wajah sok cantik istrimu." cemberut.
"Maaf ya."
"Kok cuma maaf doang."
"Aku sudah siapin kamu sesuatu. Tunggu aku lima belas menit lagi."
Tok tok tok
"Mas kamu ada di dalam." seru Arumi dari luar kamar.
"Arumi." batin Putra.
Tuttt....
"Sayang." teriak nya berdecak kesal lantaran panggilan terputus secara sepihak.
Ceklek
Putra keluar kamar dengan pakaian rapi, ia hendak pergi untuk menemui seseorang.
"Mas kamu mau kemana?" tanya Arumi heran.
Pasalnya malam ini adalah dimana hari terindah bagi pasangan pengantin, tetapi keliatan nya pria itu mau pergi.
Menatap wanita di hadapan nya datar. "Bukan urusanmu. Aku pergi dulu, kamu jangan tunggu aku."
"Kenapa." menahan tangan suaminya.
Menghempaskan sedikit kasar. "Saya bilang bukan urusanmu. Status kamu itu seorang istri, turuti saja perintah suamimu."
Dia berkata pelan entah mengapa terasa begitu menyakitkan seakan ada sebilah pisau menghujam jantungnya, baru kali ini bersikap dingin.
"Apa mas Putra masih marah padaku soal tadi siang."
"Nanti pas mas Putra pulang aku mau minta maaf padanya."
Pria itu perlahan menghilang dari balik pintu rumah, langkah kakinya terasa berat untuk mengikuti kemana suaminya pergi, ia memilih masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Kamar yang indah berdekorasi bagi sepasang pengantin baru saja menikah, sayangnya hanya ada satu raga saja, satunya entahlah, Arumi tersenyum getir setetes air mata turun dari pelupuk matanya.
Hari menunjukkan pukul sebelas mendekati jarum dua belas, kemana perginya Putra dalam hati Arumi terus bertanya tanya.
Pruingg....
> > > 📞 panggilan masuk dari nomor tak dikenal
Arumi memilih untuk mengabaikan nya, tak berselang lama ponselnya kembali berdering.
"Telphone malam malam begini. Apa dia tidak ada kerjaan lain." dengus Arumi menekan tombol hijau seraya menempelkan ponselnya ke telinga.
📞 Hallo?
📞 Datanglah ke alamat ini, suamimu berada disini bersamakuTutt
Panggilan terputus sepihak, tak berselang lama ada sebuah pesan masuk.
💬 Jalan Xxx no ...
"Ini kan alamat Apartemen mas Putra. Siapa wanita itu."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
AcakBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...