Pelaku

19 0 0
                                    

    𝙱𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚕𝚞

    Terik matahari kala pagi memancar cerah, semua orang beraktifitas keseharian, namun berbeda daerah cuaca dingin awan berkabut melanda kota hujan.

    Jalanan sepi berkelok hanya satu dan dua yang melintasi puncak, pemuda yang baru saja pulang dari liburan menghadiri undangan pesta pernikahan sanak saudaranya, memilih tempat bagus tanpa jauh keluar negeri.

    Di tengah perjalanan seorang pria tiba tiba berlari tepat saat ada mobil melintas dan

    Bug...

    Chittt...

    Auwss...

    Bukan salah si pengendara tetapi memang keadaannya yang membuat pemuda tampan memakai kaos putih secara kebetulan berada di situasi itu hingga dia harus bertanggung jawab atas kesalahan tidak ia perbuat.

    'Ya ampun siapa dia. B bukan, bukan aku pelakunya.' memutar stir hendak kabur. '

    Baru beberapa meter pemuda itu melaju ia menghentikan kendaraan nya bergegas keluar lalu berlari kearah orang tergeletak ditengah jalan sepi.

    'Kasian juga dia. Bagaimana kalau keluarganya mencarinya, aku selamatin aja dulu, urusan dia hidup atau tiada belakangan.'

    𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐤𝐢𝐭

    Dokter keluar dari ruangan oprasi berjalan menghampiri pria duduk di kursi tunggu seraya melepas masker ia masukkan dalam saku, untuk kedua kalinya hari ini di jadwalkan kembali karna pasiennya mengalami luka parah samping itu ada penyakit bawaan, sorot mata tajam lurus kedepan kedua urat urat tangannya terkepal kuat tergaris jelas menggambarkan emosi tertahan.

    "Tuan." panggil Dokter datang menghampiri.
   
    Pemuda itupun menoleh sebentar tanpa berdiri. "Hmm... "

    "Pasien sudah berhasil kami tangangi." ucap Dokter.

    Kemarin keadaannya mulai stabil makanya pihak rumah sakit berani melakukan penanganan lebih lanjut, sekarang berbeda.

    Pemuda tersebut menatap tangan tercekal dokter yang mengani orang baru saja dia tolong. "Ada apa." melihat keraguan pada wajah dokter di hadapannya. "Urusan saya udah selesai bukan." acuh nya mengguyar rambut.

    "Dia ingin berbicara dengan anda tuan." ujar dokter.

    Ekhem...

    Berdehem kecil berbalik hendak pergi. "Maaf saya banyak urusan, tidak punya waktu untuk orang semacam dia." tolak nya.

    "Saya mohon tuan Putra temui pasien sebentar saja. Mungkin nyawanya tak akan bertahan lama." jelas dokter memohon.

    'Cih, apa dia yang menentukan kematian manusia.'

    "Oke." singkatnya.

    Padahal Putra sangatlah malas jika harus bertemu dengan orang telah berbuat jahat terhadap keluarganya, nenek dan adik angkatnya.

    Keluarga Bastian dikenal banyak orang serta para pengusaha sukses mengenal mereka sangat menghormati.

    Terutama pada saat kehadiran anak kecil yang diangkat sebagai anak angkatnya, Putra begitu menyayangi selayaknya adik sendiri.

    Saat itu masih berusia lima tahun semua orang memperlakukan baik hingga hari nafas terakhir.

    Hal paling Putra sesali yaitu ia tak ada pada saat adiknya mengajak sang kakak untuk pergi ke sebuah wahana permainan bersama sahabat, tetapi dia tolak lantaran ada kesibukan di kantornya karenakan baru merintis perusahaan kini berkembang pesat.

    'Nichol maafin kakak. Andai saja aku ada berada di sisimu waktu itu, semuanya tidak akan terjadi, kamu masih berada di sekitar kita, Ayah dan Bunda merindukan mu, sekarang pelakunya ada di dekatku, apa yang harus ku lakukan, kondisinya tak memungkinkan hidup, satu satunya tertinggal putrinya, suatu saat kakak berikan balasan setimpal, hah! Dia tidak tau diri memintaku jaga keluarga nya.'

    "Bos."

    "Dia telah mati."

    "Berarti dendammu terbalaskan."

    "Belum sepenuhnya. Sekarang kamu cari tau keberadaan gadis ini." memberikan foto.

    "S siapa dia. Kenapa?"

    Putra langsung melayangkan tatapan mautnya pada asisten. Danu jika perintahnya tak dapat dibantah ataupun sekedar bertanya.

   

     BERSAMBUNG

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang