Setelah menghabiskan makan malam berdua, pasutri itu tidak langsung je kamar melainkan bersantai sambil bercanda ria di rooftop lantai empat rumahnya.
Putra memang tiap malam suka begadang diatas sana, selain tempatnya sunyi, view sangat memukau, ada hamparan bunga mawar berbagai jenis, sengaja ia tanam untuk menambah kesan keindahan.
Rumah kaca berbentuk bulat mirip bola ada garis garis segi lima hitam melingkar acak, bagian atas transparan guna melihat indahnya langit kala siang atau malam, hawa didalam bisa menyesuaikan.
Sebagai penghias suasana malam disinari lampu lampu kecil warna warni terpasang diatas pintu masuk lift hingga penghujung sudut tempat tersebut.
Agak aneh karena ada teloskop terletak di dalam ruangan berbentuk bulat, biasanya akan diletakkan diluar tapi ini kebalikan nya.
Meski sederhana tetapi Arumi wanita pertama diajak kesana kesenangan sampai terlelap diatas tempat tidur berukuran sedang, muatlah untuk orang apalagi suami istri, malah makin romantis.
Semula Putra berbaring di sofa, setelah istrinya tertidur pulas ia baru menyusul berbaring sambil memeluk tubuh sang istri bak guling empuk di tengah kedamaian tidurnya.
Niatnya sih mau melihat bintang, eh ujung ujungnya tidur juga, tidak seperti ucapannya pas habis makan malam.
Sempat ada perdebatan kecil di meja makan karena Putra menolak diladeni oleh Arumi dengan alasan bisa sendiri.
Meja makan
"Loh kok makanan nya masih utuh. Kamu belum makan, aku lama loh mandi nya." ujar Putra menuruni anak tangga sembari mengibaskan rambut cepmek.
Outfit nya pun cuma kaos tembus pandang dan celana cargo sebatas paha, otomatis auratnya terlihat sekali dimata wanita kini menatapnya tak berkedip.
"Itu leher kamu tidak pegal." kata Putra lagi.
Namun netra indah istrinya tetap fokus pada pakaiannya saat ini, abs kelihatan jelas orang bajunya mirip jaringan ikan, siapa yang tidak terpesona coba?
Aura ketampanan bercampur senyuman manis pria itu, aroma parfum mawar kesukaan mu.
"Arumi... ?"
"Umi... ?"
"Sayang... ?"
Panggil Putra tiga kali, istrinya baru tersadar segera memalingkan muka karna kegep.
"Ah... iya. Kamu mau aku ambilin nasi." tawar Arumi hendak berdiri.
Mengangkat tangan. "Tidak, aku bisa sendiri." tolak nya.
Bibir wanita itu mengkerut sebentar ia kembali menawarkan.
"Ya udah biar lauknya aku." berdiri tegak.
Putra menahan pergelangan tangan mungil wanita berdiri dekat di sampingnya.
"Kamu duduk saja ya. Kalo soal lauk kan aku sendiri juga bisa." tolak Putra nada halus.
Sreek
Kursi makan jadi pelampiasan, duduk kesal menatap sebal suaminya.
"Ya udah lain kali kamu aja yang masak." lirih Arumi. "Apa? kamu maunya gini kan."
Mengkerut dahi. "Hah! maksud kamu. Aku ini seorang pria beristri, masa suruh masak sendiri, terus gunanya istri apa?" heran Putra.
"Nah itu kamu tau. Aku cuma mau ladeni kamu sebagai istrimu dimeja makan, ditolak terus." protes Arumi.
Satu jari bergerak kanan kiri depan wajah istrinya. "Tugas kamu cuma satu yaitu."
"Apa?" tanya Arumi tak mengerti.
"Melayani aku diatas ranjang. Ya minimal empat kali lah." ceplos Putra.
Melotot tajam seakan ada penolakan didalam bola matanya, tidak mungkin semudah itu memberikan pada suami yang telah berselingkuh dengan wanita lain.
Jika suatu saat mereka ada buah hasil dari suaminya, lalu selingkuhan datang merusak segalanya, bagaimana nasib dirinya dan sang anak nanti?
"Apaan sih, ini meja makan." tekan Arumi kesal sendiri."Iya sayang." menggeser piring berisi nasi dan lauk pauk. "Sekarang kamu boleh ambilin aku makan." pinta Putra membuat istrinya tersenyum.
*****
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
AcakBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...