Arumi sendiri bahkan tidak sadar masih ada sisa serpihan beling tak sengaja ia bawa lari menelusuri sunyi nya malam, angin berhembus kencang pertanda sebentar lagi akan turun hujan.
Terdengar dari suara guntur dan kilat seakan menghiasi gemuruh nya hati, rintik air mulai membasahi wajah, kedua mata terasa pedih bak tersiram air garam.
Di malam pertama pernikahan seharusnya jadi momen paling bahagia bagi pasangan tengah bermadu cinta diatas indahnya surga dunia.
Karena ternyata ada kehidupan kedua bagi pria yang paling ia cintai setulus hati setelah hari peresmian beberapa mereka lakukan bersama diatas pelaminan.
Hua... hiks... hiks
"Hei kenapa malah kau yang menangis." protes Daniel setelah mendapat pukulan keras terdampar ke tengkuk lehernya.
Tangisan itu semakin lama terdengar semakin keras di tengah suasana sepi dimana hanya ada mereka berdua dan satu orang lagi berdiri tak jauh memerhatikan pertengkaran dua insan baru pertama kali bertemu.
Memilukan tak tega bersikap marah pada nya. Pria itu menarik tubuh Arumi dalam dekapan tak ada penolakan, saat ini dia memang butuh pelukan hangat.
"Apa teriakanku menyakitimu." tanya pria asing itu menepuk nepuk bahu wanita ia mendekap erat.
Menggeleng terisak dibalik kemeja putih yang basah terkena air mata terus mengalir deras tidak tau bagaimana cara menghentikan nya.
"Menanislah sepuasmu." rambut panjang hitam dia usap penuh kelembutan.
Melihat wajah Arumi tiba tiba Daniel teringat seseorang yang mirip seseorang tapi itu siapa ia bertanya tanya pada dirinya sendiri, cara bicaranya pun sama, ada rasa nyaman tersendiri.
'Ada apa denganku. Tidak mungkin aku langsung menyukainya, secara dia itu kita baru bertemu malam ini, caranya kondisi tidak kondusif.'
Serasa cukup tenang Arumi baru mengurai pelukannya sontak langsung merosot ke samping, ia benar benar malu.
Untuk pertama kali kesedihan nya dia perlihatkan pada orang lain, terlebih baru awal perkenalan.
'Aish... memalukan. Kenapa air mata bodoh ini susah diberhentikan.' rutuk nya.
"Kau sudah puas Nona. Lihatlah, bajuku basah olehmu, saya tidak mau kau harus ganti rugi." tuntut Daniel.
Terdiam memikirkan, dilihat dari belakang kerah kemeja nya itu bukan sembarang kemeja, ada logo bordir tertempel disana.
'Bodoh sekali kau. Ya allah darimana aku bisa dapat uang sebanyak itu untuk mengganti nya, tidak mungkin kan aku minta.' teringat wajah suaminya.
'Tidak. Tidak, aku belum membalas rasa sakit hatiku, masa aku mau bergantung pada pria brengsek itu.'
Kibasan tangan bergerak di depan wajah cantik Arumi, tetapi sepertinya dia sedang melamun, entah memikirkan apa pria itu tidak dapat membaca nya, hingga langsung bertanya.
"Hei, gadis. Kau masih waras kah." kata Daniel menepuk bahu lebih mungil darinya.
Tersedak kaget melotot tajam, secara tidak langsung dia barusan dibilang gila.
"Otak saya waras tapi otak ku tidak." kata Arumi datar membuat pria itu tertawa.
Hahaha...
Pria berciri khas ada lesung di kedua pipinya, mata sipit, suara dep voice, sedikit serak agak sexy dalam setiap ucapan nya.
Ck, ck, ck
"Ternyata ada yang lebih gila dariku." gumam Arumi melengos bukan marah tapi malu.
Ini adalah air mata kesedihan usai kematian ibunya sewaktu kecil dulu, hampir tidak pernah menangis, sang ayah selalu ada dan memanjakan nya walau berkehidupan sederhana, baginya itu cukup menyenangkan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
RandomBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...