Hamil

37 0 0
                                    

    "Putra." panggil Soraya menggebrak pintu.

    Pria di dalam ruangan menoleh terkejut. "Ada apa tan? dateng dateng udah kayak orang kesurupan setan, permisi atau apa, katanya paling paham soal Etitut." omel nya bersekiap dada.

    Jantungnya berdetak kencang saking kagetnya melihat tantenya berteriak memekikkan telinga.

    Berjalan mendekati nya. "Kau setan nya. Suami macam apa kau, istri bunting gak tau, kau malah nyuruh dia lari keliling taman, kalo terjadi apa apa padanya gimana." cerca Soraya.

    Satu jam lalu Putra mengajak Arumi lari pagi, keduanya bertaruh siapapun yang menang akan mendapatkan semua keinginannya.

    Dan Putra lah pemenangnya, seperti biasa dia lakukan dengan cara yang curang hal itu membuat suasana hati Arumi jadi berantakan.

    Kebiasaan dari dulu tidak berubah, pria itu yang mengajak taruhan ujung ujungnya kalah juga.

    "Ku rasa kau terlalu berlebihan. Istriku fine, fine aja, tante nya aja ribet, sekarang lagi tidur malahan, baru lima menit aku diruang ini." celoteh Putra.

    Cih!!

    "Emang dasarnya kau anak nakal. Kebanyakan ngelas." kesal Soraya memukul kepala keponakan nya dengan tas bawaan nya.

    Aduh!

    Tante?

    Dengus Putra tangan nya terkepal greget ingin sekali membalas, tantenya memang suka pukul kepalanya ketika ia bandel.

    "Lagian sejak kapan aku bisa ngelas. Kalo ngeles keahlian ku." ujar Putra tertawa.

    Wanita cantik tiga puluh tahunan itu langkahnya terhenti ia berbalik menatap horor pria yang sedang menertawakan dirinya.

    Seketika Putra terdiam namun beberapa detik tertawa terbahak bahak memegangi perutnya yang sakit saking tak kuatnya.

    "Ck, istrimu sedang hamil bodoh. Kau malah enak enakan kerja, bukankah pernikahan kalian sudah hampir satu tahun, di beri rezeki bukannya syukuri malah bengong." oceh Soraya.

    Satu detik

    Dua detik

    Tiga detik

    Sempat terbengong entah apa yang pria itu pikiran, kemudian sadar berlari keluar ruangan, melihat tingkah Putra tantenya menggelengkan kepalanya.

    "Suami jaman sekarang. Kelakuan nya ada ada aja, istri hamil gak tau, kan dia yang tanem bibit." gumam Soraya menyusul Putra.

    𝐃𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐚𝐦𝐚𝐫

    "Sayang anak kita mana?"

    "Sayang?"

    Berlari lari menyusuri setiap sudut ruang kamarnya, kamar mandi, balkon, ruang ganti pakaian, dan benar Arumi ada disana sedang berganti baju ia terkejut.

    Tiba tiba Putra memeluknya erat, lalu membawanya duduk di tepi ranjang, netral keduanya saling bertemu, baru kali ini Arumi merasakan tenang saat di tatap, mata itu terasa teduh, apa mungkin suaminya telah berubah?

    Kata cerai begitu ringan keluar dari mulutnya, ia sadar bahwa perceraian dalam agama tidaklah baik, apalagi ada kehadiran janin di dalam rahimnya.

    "Maaf."

    Tadi berteriak heboh, sekarang meminta maaf.

    'Ku rasa mas Putra udah tau soal kehamilan ku. Tante Soraya mana bisa pertahankan air dalam ember yang bocor, belum kasih tau Bunda sama Papa nanyain ke aku.'

    "Kamu marah sama aku ya gara gara tadi pagi." kata Putra mengerai pelukan.

    Diraihnya pipi chubby Arumi untuk menatapnya. "Engga. Marah kenapa? "

    "Aku buat kamu kelelahan. Kamu lemes kan, capek." ucap Putra berputar menaiki tempat tidur hal tak terduga dia lakukan.

    Pria itu memijit kedua bahu Arumi dengan sangat hati-hati, setelah beberapa saat lalu membaringkan istrinya, diraihnya dua bantal guna menyangga punggung agar tidak sakit.

    Walau mereka menikah sudah hampir satu tahun, ini kali pertama Putra memperlakukan Arumi selayaknya istri, padahal ia menyangka jika cinta suaminya palsu.

    "Kamu lakuin ini demi siapa? aku atau." mengusap perut rata nya.

    "Menurutmu."

    Cemberut melirik suaminya sebal, jawabannya tak sesuai ekspetasi. "Bearti aku kamu gak sayang sama ibunya dong."

    "Hahaha... Sayang lah. Ibunya secantik ini." mencolek dagu Arumi. "Adakah di dunia ini seorang anak lahir sendiri tanpa adanya wanita hebat dibaliknya." kekeh Putra meraih tangan istrinya ia genggam.

    "Tentu saja aku sayang ibu dan calon anak kita." sambung nya.

    Arumi pun terdiam menatap wajah suaminya ia membaca lewat sorot matanya, tidak ada kebohongan disana.

    "Tadi aku samar samar dengar teriakan mu waktu aku lagi ganti baju kamu tanya."

   
𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐...

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang