Asisten Putra

21 0 0
                                    

    Di kantor Putra

    Putrasion Group sebuah perusahaan bidang Property paling di cari cari banyak kalangan atas untuk berinvestasi, masuk dalam top sepuluh Global tersukses.

    Tentu saja hal itu tak luput dari hasil kerja keras semua tim manajer dan bimbingan pemimpin terkenal tegas serta berwibawa.

    Putra terus melihat ponselnya kesal, pria itu sedari tadi menelphone nomor atas nama Umiku karena ia anak buahnya di rumah melaporkan jika istrinya pergi tanpa izin terlebih dulu, panggilan ke dua puluh tak kunjung juga dapat respon baik dari pemilik.

    Pria itu tidak tau ponsel Arumi hilang pada malam dirinya dan kekasih bercinta di depan mata istrinya, hingga membuat dia teramat sesak, tas beserta isinya ia tinggal begitu saja, sedangkan hp nya entah jatuh dimana, teringat saat pulang ke rumah.

    "Dia pergi kemana sih, nomernya tidak aktif terus, giliran aktif dimatikan, dibaikin lama lama ngelunjak." dengus Putra melempar benda pipih sembarang arah.

    Hap

    Dengan sigap seseorang masuk ke ruangan menangkap benda melayang tepat di depan wajahnya, beruntung tidak mengenai kepalanya, bisa benjol.

    "Woy, kasih aba aba napa kalo mau lempar. Kena pala gue kan berkurang ketampanan gue." seru Nado dengan pedenya.

    Sang boss kerap kali asal lempar ponsel ketika dia marah sebagai pelampiasan ia juga sering diomeli meski letak kesalahan terletak pada pria itu.

    Sudah berkali-kali si atasan gonta ganti ponsel, asisten nya sampai kesal akibat ulah boss yang arogan ketika ada masalah, ia kena imbas harus menyalin semua data lalu dipindah ke smarphone baru dalam waktu singkat.

    "Ngapain lo kesini." ketus Putra.

    "Santai kali boss." mendekati atasanya. "Gue cuma mau ngingetin lo, hari ini ada pertemuan dengan perusahaan New Comunity."

    Memutar bola mata malas. "Gak kompeten, mereka rintis usaha dari lama kenapa terus dikatakan baru." ujar Putra.

    "Sewot amat boss! dulu kan orang yang namain pemilik gedung ini." sindir Nado.

    Brakk

    Gebrakan meja tak akan membuat Nado takut ia semakin tertantang komentari atasan sekaligus sahabatnya sedari kecil.

    "Apa? gue gak takut." tantang Nado.

    Bangkit dari kursi kebesaranya. "Oh... lo nantangin gue."

    Ck...

    "Tujuan lo datang kesini apa? mau ngambil surat, iya. Tuh, kebetulan udah gue siapin." sambung Putra menunjuk  ke meja bundar terletak di sudut ruangan.

    Dahi Nado menyerngit karena penasaran ia pun mengambil lalu baca dengan teliti, alangkah terkejut nya itu adalah surat pengunduran diri atas nama Nado Surapman.

    Plak

    Auh!

    Map berisi selembar surat mendarat ke kepala pria bersetelan jas navy, ancaman itu tidak berlaku pada pelaku.

    "Gak usah repot repot pecat gue. Mulai hari ini Nado Su." ucap Nado hendak mengatakan undur diri.

    Berlari memeluk bahu sahabatnya erat. "Eits. Nado Superman, gue gak serius kok, hehe... kamu jangan kemana mana ya tetap disini bersamaku, lo gak ingat perjuangan kita dulu."

     Lelaki tampan berkaca mata itu mengidakkan bahu risih, menurutnya reaksi Putra terlalu berlebihan.

    "Lo apa apaan sih, lepas gak. Jijik gue sumpah, woy! nyet." pinta Nado menarik tangan yang merangkul nya mirip seorang kekasih saja.

    "Aaaa... abangku. Kau mau kemana, sini peluk aku dong." rengek Putra  merentangkan tangan, Nado semakin geli dibuatnya.

    Asistennya tantrum sendiri ia berlari terbirit birit keluar ruangan bos seraya mendorong sang atasan jauh.

    Sementara itu pria didalam sana tertawa puas habis mengerjai sahabat rasa saudara hingga pucat pasi.

    Hahaha...

    "Rasain, emang enak gue kerjain. Perutku sakit jadinya, aduh... hahaha... "
   
    BERSAMBUNG

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang