Tamu

20 0 0
                                    

    Melihat Arumi menangis histeris pria yang memeluknya jadi ikut merasakan kesedihan terdengar pilu, orang selama ini disayang sayang ternyata seorang penjahat, banyak foto korban terpasang di sebuah ruangan khusus suasana gelap menyelimuti nya.

    Disana juga ada salah satu korban dengan potret berbingkai sengaja dipajang paling depan.

    Dan rupanya satu satunya saksi dibalik peristiwa mengerikan itu dihilangkan ingatan nya lewat pil penguras otak sehingga sulit bagi Arumi untuk mengenang masa kecil, seolah hilang tak berbekas.

    Hanya kilasan bayangan buram membuat kepalanya ber reaksi sakit tak tertahan.

   "Bro, kamu membuat pacarmu menangis."

    Seseorang datang menghampiri dua orang tengah berjongkok, si wanita menangis tersedu sedu sesekali memukul dada pria berusaha menghibur namun gagal malah semakin keras.

    Tampak jelas sekali wajah kebingungan nya, orang lain pasti mengira dia telah berbuat jahat terhadapnya.

    Putra menyambut kedatangan sahabatnya dengan senyuman dibuat buat. "Cepat sekali kau datang." ketus nya.

    "Um, beginikah caramu menyapa kawan lamamu." protesnya membungkuk bergantian menatap dua sejoli yang menatap penuh tanda tanya.

    "Sorry. Kita baru ketemu hari ini, anda jangan sok kenal, apalagi akrab sama kami." bantah Putra.

    Wuah

    Melengos kesal. "Keterlaluan sekali anda. Aku jauh jauh datang dari Kanada kamu asal usir, lebih baik aku pergi aja."

    "Ya udah sono." kata Putra cuek.

    "Rumi liat suamimu. Dia kurang ajar sekali dia, ngajak berantem disini." adu nya pada Arumi tersenyum kearahnya.

    'Tante Soraya.'

    "Udah tan. Biarin aja singa itu mengaum." ujar Arumi pria disamping nya menoleh.

    Dia dari tadi susah payah membujuk orang lain yang mendapat respon, ia bahkan disebut singa olehnya.

    Putra tidak menggubris ucapan wanita berusia tiga puluhan secara terang terangan menyindir nya.

    "Sayang lebih baik kamu istirahat saja didalam." segera berjongkok mengangkat bobotnya.

    Tak ada perlawanan Arumi mengangguk patuh seraya melingkarkan tangannya erat di leher suaminya, kedua mata sembab akibat terlalu banyak menumpahkan air mata.

    Di dalam salah satu kamar terdapat di rumah lama, Putra meletakkan Arumi hati hati keatas kasur lalu menyelimuti nya.

    "Kamu butuh apa biar ku carikan apapun maumu, hmm." kata Putra merapikan rambut serta menyeaka air mata yang terus mengalir.

    Mungkin Arumi sedang rindu sama almarhum ayahnya, pria itu cukup memaklumi ia tak marah ataupun kesal.

    "Engga. Kamu temui saja tamumu, kasian kakaknya dateng jauh jauh malah kamu usir gitu aja." ucap Arumi senyum pasi.

    Wajahnya nampak pucat, bagaimana dia seakan bilang baik baik saja, Putra tak mengerti isi pikiran seseorang.

    "Sayang kamu tau darimana dia." kata Putra terpotong, seseorang mengetuk pintu menatap jengkel kearahnya.

    Tok tok

    "Aku boleh gabung gak." serunya menyelonong masuk tanpa pertemuan tuan rumah.

    Wanita asal Kanada itu berjalan mendekati Arumi duduk di sudut tempat tidur tak perduli tatapan horor suaminya yang memintanya pergi.

    "Kau punya sopan santun kan kak." kata Putra gigi bergetat.

    Bahu terangkat acuh. "Tentu. Keluarga ku sangat prioritas kan Etitut,  So, those who feel younger should speak politely to him, you set a bad example."

    "Lalu, aku harus bagaimana biar kamu merasa terhormat." tanya Putra berusaha sabar.

    "Cium tanganku." suruh nya menyodorkan tangan kanan. Putra langsung menurut agar perdebatan cepat berakhir.

    'Mereka saudara an, tapi kok gak akur. Apa semua saudara ngeselin kayak kak Daniel.'

    "Nah, anak manis. Hati tante senang kamu juga senang, kita sama sama." ujar Soraya melihat keponakan angkatnya berlalu pergi.

    "Hei, kau mau kemana anak nakal." teriaknya.

    "Perutku mules denger celotehan mu." seru Putra hilang dari balik pintu.

    "Tante gak kejar dia." ucap Arumi.

    Berpikir sebentar. "Emm, iya. Tunggu sebentar, tante mau buatin bubur buat kamu."

    Soraya teman dekat tuan Andre sahabat Diana istrinya, ya meski umurnya berjarak lima belas tahun lebih muda jadi, dia lebih terlihat seumuran anaknya, hubungan Putra sendiri cukup dekat, setiap hari libur tiba selalu datang kerumah besar.

вєяѕαмвυηg

    

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang