Di antar pulang

35 1 0
                                    

    Pintu gerbang terbuka lebar ketika mobil sport berwarna hitam memasuki pekarangan rumah berhalaman luas bak istana.

    "Ini beneran rumahmu Nona." mengedarkan pandangan keluar jendela.

    Melirik sebentar kemudian hendak membuka pintu seraya melepas sabuk pengaman agar kesusahan, tiba tiba macet.

    "Tunggu sebentar." ujar Daniel buru buru keluar berjalan mengirari badan mobil.

    Lalu apa yang pria itu lakukan diluar dugaan, dia membuka pintu nya lalu tanpa persetujuan langsung mengangkat bobot Arumi didudukkan ke kursi depan rumah.

    Hahaha...

    Sempat ngebug ini kali pertama mendapat perlakuan pria begitu lancang, jika meminta izin pun pasti ia menolak, posisi sekarang sebagai seorang istri, Andra sahabat dekatnya saja mana pernah, pegang dikit kena gampar mulut pedas nya.

    "Kau lucu sekali." canda Daniel melihat sekitar, sunyi sepi tak ada kehidupan.

    Berharap ada kedua orang tua sekalian bisa kenalan baik, penjaga gerbang tak ada lagi di pos jaga.

    "Ini rumahmu." kata Daniel penasaran apa tidak ada anggota keluarga khawatir anak gadis keluruyan malam malam ditengah jalan lagi.

    Bisa saja kejahatan datang menghampirinya, beruntung ada pria berbaik hati menolong.

    CMenghela nafas berat. "Astaga, apa kelebihan kamu suka cosplay jadi patung." dengus nya merasa dicueki.

    Sedikit merasa aneh tetapi segera ditepis olehnya.

    'Apa mas Putra udah pulang ya. Tadi pas aku keluar lampu disini gelap, tapi kok sekarang terang.' mendongak ke atas langit langit plafon berhias awan biru terang.

    "Aku masuk dulu. Tuan boleh pergi, pintu gerbang ada di sebelah sana." tunjuk Arumi diluar prediksi.

    "Kau mengusirku."

    "Tidak."

    "Yang kau lakukan itu pengusiran Nona."

    "Gak ah. Kau aja terlalu baperan, ini udah bukan tengah malam lagi tapi sepertiga malam, mereka bakal ngira kita berbuat aneh aneh." tepis Arumi.

    Menengok ke belakang tidak ada siapa siapa.

    "Tuan pasti lelah kan."

    "Iya. Pijitin dong."

    "Idih, ogah." berlari memasuki rumah.

    Terlihat pria itu masih disana menatap bingung suasana sekitar.

    "Terima kasih untuk malam awal pertemuan kita. See you." tersenyum melambaikan tangan.

    Dibalik jendela dahi Arumi mengkerut, pria baru dikenalnya benar benar aneh.

    Berbalik badan melangkahkan kakinya menuju anak tangga ke kamar yang berada di lantai dua.

    Tanpa disadari ada spasang mata elang menyorot tajam, kedua tangan mengepal bersiap menerkam mangsanya.

    Berbeda dengan Arumi, wajahnya terlihat berbinar ia senang bisa memiliki teman baru, sangat perhatian, mungkin!

    Hufttt...

    'Ini sangat melelahkan.'

    Helaan nafas berkali-kali ia atur kedepannya harus lebih bersikap sabar lagi menghadapi berbagai lika liku kehidupan akankah berujung bahagia melihat suaminya sendiri ternyata punya kekasih.

    "Mertuaku baik tapi kok anaknya modelan kayak gitu. Ini sih namanya sama aja, semoga ini bukan awal penderitaanku." gumam Arumi berat untuk kembali lagi ke rumah suaminya.

    Tadi saat bersama teman barunya ia sengaja mengulur ulur waktu setidaknya memantapkan hati agar tetap tegar, ia harus berjuang mengembalikan cinta dari suaminya seperti dulu.

    Setidaknya kita udah berusaha, soal hasil biar tuhan yang menentukan.

    Klek

    Aaaaa....

    Tiba tiba lampu nya padam, suasana rumah jadi gelap gulita, seperti ada tanda tanda kehidupan lain selain dirinya seorang.

    "Ponselku dimana ya? perasaan tadi aku bawa." meraba raba saku celana nya tak menemukan apa apa.

    Teringat terakhir kali dia menangis seorang diri di jalanan, kemungkinan tak sengaja terjatuh disana.

    Bug

    Agrrhhh!

    Aduh!

    "Suara apa itu." gumam Arumi ia layangkan pukulan udara lewat kaki kirinya.

    Masih aman, bukan kaki kanan nya yang terluka, tapi siapa yang berteriak Arumi celingukan kebingungan.

Bersambung
   

   

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang