Berangkat Kerja

19 0 0
                                    

    "Sayang aku pergi dulu. Kamu dirumah aja ya, jangan kemana mana."

    Kini sepasang suami istri itu berada di depan rumah setelah melewati banyak drama tadi malam dan pagi pagi buta.

    "Kamu gak izinin aku ikut."

    "Mas mau berangkat kerja dulu sayang. Dari kemarin kamu tau sendiri keadaan mas gimana, disini aja ya jaga calon anak kita." tuturnya membuat Arumi langsung cemberut.

    Putra berjongkok seraya mengusap perut buncit istrinya lalu mengecup nya berkata. "Hei, Putra junior. Ibumu lagi ngambek, kamu bisa bujuk dia tidak, Daddy sibuk nih banyak urusan di kantor, nanti kena omel sama klien."

    Arumi tertawa geli. "Eum, baiklah. Tapi pulangnya jangan telat ya."

    "Ibumu memang wanita paling pengertian." ucap Putra langsung berdiri tegak.

    Ditariknya bahu sang istri lalu ia peluk. "Kamu harum sekali sayang. Rasanya aku ingin memelukmu lebih lama."

    "Ya udah kita pelukan sampai besok biar kamu telat."

    "Oh iya."

    Mengerai pelukan menatap dalam netra indah wanita di hadapan nya. "Sini."

    Satu langkah lebih dekat. "Ada apa."

    Tinggi Arumi begitu mungil bila berhadapan dengan suaminya ia mendongak sesuai arahan.

    Cup

    Cup

    Cup

    "Tunggu mas ya. Kamu mau dibawakan apa." ucap Putra setelah tiga kali mencium bibir istrinya.

    Arumi tersenyum senang. "Aku makan malam diluar bareng mas aja deh."

    Pria itu nampak berpikir. "Oke. Nanti aku suruh orang siapkan baju untukmu."

    "Loh kok jadi beli baju. Ngapain isi lemari ku ada banyak."

    "Kamu lupa tubuh mungil mu ini sekarang bertambah besar."

    "Nyindir aku cerita nya. Aku cuma nuruti kemauan calon anak kita, dia makan banyak sampe aku kekenyangan." keluhnya.

    Putra gemas sendiri mendengar keluhan istrinya, dede bayi memang yang meminta tapi kan melalui ibunya.

    Bumil satu ini suka makan tengah malam bahkan membangunkan suaminya sekedar menemani nya, dia tetap masak sendiri tentu saja ia ikut makan hingga berat badan nya naik.

    Sebelumnya Putra sering mengamati jika istri kesulitan memilih pakaian karena ukuran nya kecil seperti remaja pada umumnya, ditambah tubuhnya mungil hanya beberapa baju berukuran besar ia kenakan serta gaun pemberian Daniel lelaki itu lebih pengertian dari padanya.

    "Ya udah sana. Katanya ada meeting penting, malah ngajak ngobrol terus, gak kelar kelar sampai nanti sore." ucap Arumi.

    Giliran Putra yang tertawa. "Aku berangkat dulu. Kamu baik baik dirumah. " mencium kening istri nya.

    "Hati hati mas. Jangan ngebut, pelan pelan yang penting cepet sampai."

    "Siap nyonya." berlari memasuki mobil.

    Dibukanya jendela melambaikan tangan kearah wanita masih setia berdiri di depan pintu.

    Kendaraan mulai menjauh Arumi baru melangkah masuk, baru selangkah ia dikejutkan oleh suara keras klakson sangat dikenal.

    Menoleh setengah bertanya tanya pasalnya orang yang menemuinya malah berada di rumahnya. "Kak Daniel."

    Lelaki itu tersenyum memperlihatkan lesung pipinya bertambah pula aura ketampanan nya.

    "Belum berangkat kak." berjalan pelan sedikit menurunkan badan kedua tangan bersandar di jendela mobil milik kakanya.

    "Suamimu mana."

    "Tumben cari dia."

    "Emang gak boleh."

    "Bo leh. Aneh aja gitu, kalian kalo ketemu kan bawaannya berantem mulu, kayak semalem, orang abis sadar langsung diajak narik gas."

    Tangan Daniel terjulur mengusap rambut adiknya. "Kita laki laki udah biasa."

    "Baru nih kak." berjalan mengitari kendaraan baru milik Daniel, menarik menurutnya.

    "Iya. Kamu suka, nanti biar kakak beli lagi."

    "Sombong bener nih. Menyala abangkuh." ujar Arumi melihat lihat isi dalam ia dibuat terpukau.

    Dari sekian banyak warna kenapa Daniel memilih ungu muda, jarang sekali ada lelaki suka yang cerah cerah, pasti kakaknya cat sendiri alias desain lewat orang suruhan.

    𝑩𝑬𝑹𝑺𝑨𝑴𝑩𝑼𝑵𝑮

Air mata di hari PERNIKAHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang